REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA - Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo, mengaku tidak setuju untuk penambahan kilang baru, hal itu dikarenakan banyak sumber energi lain yang masih bisa dikembangkan ketimbang energi fosil yang semakin menurun cadangannya.
"Kalau saya tidak setuju apabila kilang ditambah. Kalau bisa justru energi lain yang harus dikembangkan, apakah itu air, angin dan panas bumi," katanya saat ditemui di kantor ESDM, Jakarta Kamis.
Indonesia dilimpahi Pencipta berbagai kemewahan. Paling mencolok sorotan sinar matahari yang sulit ditakar kandungan energi potensialnya; namun entah kenapa pemerintah tidak pernah mau serius mengembangkan sumber energi ini dan lebih tertarik pada tawaran para investor perminyakan.
Dengan harga minyak mentah dunia yang cenderung meroket, APBN semakin tergerus untuk membeli minyak dari negara-negara eksportir.
Terkait pengembangan energi terbarukan tersebut lanjutnya banyak manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan penggunaan energi fosil. Karena itu investasi untuk kilang sebaiknya dialihkan saja untuk pengembangan energi terbarukan tersebut.
"Kalau ganti energi lain kan tidak perlu pakai BBM, sementara untuk BBM sendiri bisa kita ekspor. Ini yang harus kita perhatikan," terangnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia, M Said Didu, mengatakan setidaknya ada lima hal untuk membangun ketahanan energi nasional.
Kelima hal tersebut antara lain cabut subsidi BBM agar energi alternatif berkembang, segera tetapkan rencana pasti pembangunan pembangkit listrik bahan baku nuklir, hindari pengalihan penggunaan sumber pangan untuk energi, selesaikan regulasi invenstasi energi terbarukan, dan gelorakan terus gerakan hemat energi.
Untuk kawasan Asia Pasifik, kilang terakhir kali dibangun tahun 1998. Khusus Indonesia, kilang yang usianya paling muda dan dapat memberikan keuntungan adalah Balongan yang dibangun tahun 1994.
Sementara untuk kilang-kilang lainnya, keuntungannya sangat kecil karena telah berumur tua lantaran dibangun tahun 70-an.