REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC) siap menggeser dana investasi Eropa yang kemungkinan berkurang akibat krisis. Asia membutuhkan investasi Rp 8 triliun dalam sepuluh tahun ke depan
"Misalnya, dari bidang investasi infrastruktur dari bank-bank Eropa jika sudah ada komitmen tapi belum bisa dilaksanakan, maka kekurangannya itu akan bisa dipenuhi oleh JBIC," kata Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) JBIC Hiroshi Watanabe di Kemenkeu, Senin (24/10).
Hiroshi dan delegasi JBIC mendatangi Kemenkeu untuk mengikuti pertemuan Dialog Kebijakan Finansial Pemerintah-JBIC di Kemenkeu, Senin (24/10). Acara itu dihadiri Menkeu Agus Martowardojo dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Bambang PS Brodjonegoro.
"Dalam bidang pembiayaan perdagangan, JBIC memberi pinjaman kepada bank swasta Indonesia maupun bank ekspor impor di Indonesia," kata Watanabe. Menurut dia, JBIC berminat untuk memberi pembiayaan dalam bidang energi. Di luar sektor energi, lebih cocok melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Watanabe mencontohkan, JBIC selain di sektor energi bisa terlibat dalam pembiayaan transportasi di kota besar, seperti Jakarta, misalnya pembangunan kereta bawah tanah, kereta listrik, atau monorel. Proyek lain yang bisa dibiayai JBIC adalah saluran pembuangan air di kota besar.
"Jadi, pemerintah Jepang atau JBIC jika terjadi kekurangan dana investasi dari Eropa karena krisis ini, kami ingin menambahnya, tindakan ini sama seperti saat 2008 terjadi krisis karena Lehman Brothers," ujar Watanabe memaparkan.