Kamis 29 Sep 2011 11:32 WIB

Tekstil Cina Jadi Raja di Indonesia, Kuasai 60 Persen Pasar

Rep: Ichsan Emrald/ Red: Stevy Maradona
Salah satu kegiatan di sebuah pabrik tekstil di Indonesia.
Foto: zhie.student.umm.ac.id
Salah satu kegiatan di sebuah pabrik tekstil di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Akibat serbuan pakaian jadi impor asal Cina ke pasar domestik, dominasi pakaian lokal mulai bergeser. Bahkan saat ini posisi produk tekstil Indonesia cuma menguasai 40 persen pasar dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyatakan sebenarnya saat ini yang membuat produk tekstil Indonesia terpuruk di negeri sendiri bukan hanya produk Cina, akan tetapi juga produk Vietnam, Bangladesh, kamboja bahkan juga Amerika Serikat. Padahal dua tahun sebelumnya, tepatnya di 2009, tekstil Indonesia menguasai 60 persen pasar domestic.

Hal ini menurutnya memang konsekuensi dari adanya perdagangan bebas . Cuma ia memandang saat ini penurunan nilai rupiah minimal bisa meningkatkan pangsa pasar produk lokal di dalam negeri. Ini terjadi karena produk impor menjadi lebih mahal. ‘’Pelemahan mata uang sedikit menguntungkan kita,’’ ucapnya ketika dihubuni Republika, Kamis (29/9).

Hanya saja di lain pihak, industri tekstil dan produk tekstil juga harus memperkuat daya saingnya. Artinya menurut Ade, industri TPT harus memperkuat daya saing dengan melakukan restrukturisasi permesinan.

 Hanya saja ia mengakui hingga kini program restrukturisasi permesinan yang dijalankan Kementerian Perindustrian belum dinikmati semua industri TPT. Saat ini program ini baru menyentuh atau dimanfaatkan sekitar 15 persen dari 2.869 unit industri TPT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement