Ahad 25 Sep 2011 10:10 WIB

Koperasi Jadi Pendongkrak Pendapatan Perkapita

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Chairul Akhmad
Pameran Koperasi dan UKM dalam rangka memperingati Hari Koperasi ke-64 di Istora Senayan, Jakarta.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Pameran Koperasi dan UKM dalam rangka memperingati Hari Koperasi ke-64 di Istora Senayan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarif Hasan, mengatakan koperasi memiliki banyak kesempatan untuk berkembang. Bahkan koperasi berperan sentral meningkatkan pendapatan perkapita nasional.

Pada 2004, pendapatan perkapita Indonesia hanya US$ 1.100 perkapita per tahun. Sekarang, sudah berkisar US$ 3.550.

Ia memperkirakan pada 2014 angkanya mencapai US$ 4.500 dan 2025 mencapai US$ 13.000-16.000. "Kami sangat yakin peningkatan ini sebagian besarnya berasal dari pelaku koperasi," katanya di Twin Plasa Hotel, Jakarta, Sabtu (25/9) malam.

Dengan memanfaatkan momen percepatan ekonomi melalui Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), koperasi dapat lebih antisipatif dalam memainkan peran penting. Ia menghimbau seluruh anggota Dewan Koperasi Indonesia (Dekindo) di daerah untuk fokus pada pengembangan koperasi menurut bidang MP3EI.

Untuk koridor Jawa, koperasi yang bergerak di bidang industri dan jasa memiliki kesempatan tinggi. Koridor Sumatera, koperasi bidang perkebunan dan sektor pertambangan. Demikian juga Kalimantan untuk pertanian dan pertambangan, serta Sulawesi.

Koridor Bali dan Nusa Tenggara fokus pariwisata. Contohnya koperasi alat kerajinan tangan dan cenderamata. "Sedangkan koridor Maluku dan Papua menjadi fokus koperasi yang bergerak di bidang perikanan dan kelautan," kata Syarif.

Menurut Menteri sekaligus politisi Partai Demokrat itu, kesempatan besar tersebut dapat diraih dengan manajemen revitalisasi koperasi nasional. Ia pun menyiapkan tiga rencana kebijakan.

Pertama, kepengurusan koperasi akan dibatasi maksimal 2.000 orang anggota saja. Ia yakin, rencana kebijakannya yang satu ini akan mengundang perdebatan di kalangan anggota Dekindo daerah. Syarif menanggapinya wajar. Asalkan, penerapan manajemen terbuka, ada transformasi regenerasi di lingkungan koperasi, dan peningkatan pengawasan.

Kedua, tranparansi anggaran koperasi di daerah dapat dipercaya. Harapannya, hubungan antara pengurus, pengawas, dan anggota koperasi menjadi satu link yang produktif. Ketiga, pemberdayaan dan peningkatan kapasitas SDM anggota koperasi. "Pada 2012, saya mendorong vocational training agar SDM koperasi kita mampu bersaing," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement