Jumat 23 Sep 2011 10:54 WIB

Intervensi BI ke Pasar Rupiah Harus 'Smart'

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Stevy Maradona
Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggelontoran cadangan devisa oleh Bank Indonesia untuk menahan pelemahan rupiah harus dilakukan secara tepat dan hati-hati. Dengan begitu uang cadev yang terpakai tidak terbuang percuma.

Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Tony Prasetiantono kepada Republika.

"Intervensi harus dilakukan secara hati-hati agar tidak memboroskan cadangan devisa secara sia-sia. Istilahnya, harus menaati "smart intervention",jelasnya.

Menurut Tony upaya BI menjaga rupiah agar stabil yakni dengan intervensi pasar. Jika rupiah melemah seperti sekarang, maka BI harus melepas cadangan devisanya untuk dibelikan rupiah.

Sebaliknya jika rupiah menguat, misalnya menuju Rp 8.500, maka BI perlu membeli dolar Amerika Serikat dengan rupiah yang dimilikinya.

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu terakhir BI sudah menggelontorkan cadev sebesar 2 miliar dolar AS. Bahkan jumlahnya sekarang mungkin lebih besar dari itu.

Padahal cadangan devisa tidak hanya untuk intervensi pasar tetapi juga buat pembayaran bunga atau utang luar negeri dan pembiayaan impor.

Tony menilai peluang rupiah untuk menguat masih ada meski sedikit. Negara-negara besar seperti AS dan Eropa akan terus melakukan upaya agar kondisi terburuk bisa dicegah.

Bahkan Brasil pun akan melakukan pembelian obligasi pemerintah Yunani untuk membantu mencari penyelesaian krisis Eropa.

Jika upaya saling-bantu ini terus berantai dilakukan, ada secercah kondisi terburuk dapat dihambat. Dampaknya, mulai ada aksi pembelian saham lagi di BEI oleh asing, yang bisa menaikkan IHSG dan kurs rupiah.

"Setidaknya pelemahan IHSG dan kurs rupiah tidak berlanjut,"tutur Tony.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement