Senin 19 Sep 2011 15:09 WIB

Subsidi Listrik Dinilai tak Perlu Dikurangi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Maruarar Sirait, mengatakan sebenarnya subsidi listrik yang turun dari Rp65,6 triliun menjadi Rp45 triliun pada tahun ini tidak perlu terjadi, jika pemerintah dan DPR bisa kreatif mencari sumber penerimaan baru.

"Subsidi listrik itu seharusnya tidak perlu dikurangi, jika kita kreatif mencari sumber penerimaan yang baru. Lagi pula penerimaan negara naik, mengapa subsidi harus dikurangi," kata politisi yang akrab disapa Ara di Gedung Nusantara I DPR, Jakarta, Senin (19/9).

Ara mengatakan pengurangan subsidi listrik yang berdampak pada naiknya harga Tarif Dasar Listrik (TDL) tentunya akan menyengsarakan rakyat. Contohnya saja, lanjut dia, pada 2010 pada saat terjadi pengurangan subsidi bagi pelanggan menengah, dan menyebabkan banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bangkrut.

"Takutnya jika TDL dinaikkan maka bisa membuat terjadi inflasi dan banyak perusahaan yang tutup," tambah politisi dari PDIP ini. Untuk itu, lanjut dia, pemerintah dan DPR bersatu dan mencari sumber penerimaan lainnya. Dia mengusulkan penerimaan yang berasal dari cukai zat pewarna seperti minuman soda maupun batu bara.

"Apalagi ini berhubungan dengan kesehatan. Begitu juga dengan batu bara yang bisa merusak lingkungan," tukas Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Pemuda dan Olahraga ini. Cukai yang berasal dari minuman soda saja, menurut dia, bisa mencapai Rp200 triliun setiap tahunnya.

Oleh karena itu, dia meminta agar pemerintah dan DPR bisa bersatu. "Usulan ini sudah sampaikan dalam rapat antara pemerintah dan DPR," tambanya.

Pemerintah berencana menaikkan TDL sebesar 10 persen pada April 2012 kepada pelanggan rumah tangga dengan golongan tarif minimal 450 VA. Hal ini dilakukan demi mengurangi subsidi listrik dari Rp 65,6 triliun pada APBN Perubahan 2011 menjadi Rp 45 triliun pada RAPBN 2012.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement