REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Harga emas yang melambung berkontribusi besar pada inflasi Agustus (month to month) yang mencapai 0,19 persen dari total inflasi 0,93 persen. Sedangkan bagi para investor emas, kondisi ini bisa berarti saatnya meraih untung.
Kenaikan harga tersebut dipicu permintaan emas dunia yang terus menanjak, harga emas di Pasar London (Kitco) kemarin ditutup 1.840,29 dolar per "troy once" atau sekitar 559 ribu rupiah per gram pada Kamis (8/9).
"Kalau harga saat beli dibandingkan harga sekarang sudah naik minimal 60 persen, sekarang saatnya menjual," ujar Juli Ranti (35) seorang investor emas di Jakarta, Jumat.
Juli mulai berinvestasi emas sejak 2007 lalu dengan membeli emas 22 karat seharga Rp200 ribu rupiah per gram di Unit Logam Mulia ANTAM, Pulogadung, Jakarta.
"Sekarang sudah 350 ribu rupiah per gram," kata Juli, namun ia belum berencana menjual kembali emasnya, "Tunggu sebentar lagi, biar untung," lanjutnya.
Lain halnya dengan Vertica Ahza (39) yang mulai berinvestasi emas sejak mulai bekerja pada 1993. "Kemarin sebelum Lebaran saya jual, lumayan buat THR," ujarnya di Jakarta, Jumat (9/9).
Tica, panggilan akrabnya, mengaku untung hingga 75 persen dari penjualan tersebut, "Sekarang belum mau beli lagi karena harganya masih tinggi, mungkin juga tidak akan turun, jadi harus rajin mengumpulkan uang buat beli emas," katanya.
Menurut pemilik Toko Emas Murni di Pasar Paseban, Jakarta Pusat, Syarifudin (38), harga beli emas memang sedang tinggi. "Kalau yang 22 karat saya jual 350 ribu rupiah per gram, tidak bisa kurang lagi, kalau yang 18 karat 230 ribu rupiah per gram," ujarnya.