REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Muamalat Indonesia menyiapkan penambahan uang tunai sebesar 10 persen atau sekitar Rp2 miliar hingga Rp3 miliar untuk mengatasi kebutuhan masyarakat saat puasa dan menjelang lebaran 2011. "Kami lakukan penambahan uang tunai di ATM sekitar 10 persen dari yang normalnya sekitar Rp20-30 miliar," kata Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia, Arviyan Arifin di Jakarta, Kamis (28/7).
Menurut dia, penambahan uang tunai itu dilakukan di setiap mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang saat ini jumlahnya sekitar 300 unit tersebar di berbagai lokasi. "Di bulan Ramadhan serta menjelang lebaran tentu sebuah kondisi yang anomali, jadi tentunya kami juga melakukan persiapan-persiapan untuk memenuhi kebutuhan nasabah," tegasnya.
Sebelumnya Bank Indonesia memproyeksikan bahwa kebutuhan uang selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 1432 H / 2011 sebesar Rp61,36 triliun atau meningkat Rp6,57 triliun (12 persen) dibandingkan realisasi kebutuhan tahun sebelumnya yang sebesar Rp54,78 triliun.
BI mencatat persediaan uang tunai secara nasional pada akhir Juli 2011 sebesar Rp123,39 triliun, terdiri dari Uang Pecahan Besar (UPB) sebesar Rp106,86 triliun dan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar Rp16,53 triliun. Arviyan juga menjelaskan bahwa aset Bank Muamalat per Juni 2011 sudah mencapai angka Rp24 triliun. Ditargetkan, dalam lima tahun ke depan aset tersebut dapat meningkat hingga Rp65-70 triliun.
Demikian juga dengan mesin ATM, sampai dengan akhir tahun diharapkan sudah tersedia sebanyak 450 unit mesin ATM dan pada akhir tahun 2015 ditargetkan sekitar 2000 unit mesin ATM. "Sekarang (mesin ATM) baru sekitar 300, sampai akhir tahun diharapkan ada 450 ATM, jadi kami akan tambah lagi sekitar 150 mesin ATM, dan sesuai dengan rencana bisnis pada akhir 2015 ditargetkan ada 2000 mesin ATM," jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa hingga semester I/2011 Bank Muamalat tidak terlalu bermasalah dengan "financing to deposit ratio" (FDR). Hal itu tercermin dari membaiknya rasio pembiayaan dana pihak ketiga (FDR) yang mencapai 95-100 persen.
"Kami tidak ada masalah dengan FDR karena pertumbuhan Bank Muamalat sejalan dengan hidupnya sektor riil. Jadi FDR sekarang 95-100 persen. Kalau konvensional itu kan terlalu banyak instrumen, makanya banyak problem," ujarnya.
Menurut dia, untuk penyaluran pembiayaan sampai akhir Juni 2011 pihaknya mencatat angka sebesar Rp19,7 triliun, yang terdiri dari penyaluran ke sektor UMKM dan konsumen mikro sebesar 65 persen serta pembiayaan komersial sebesar 35 persen.
"Untuk dana pihak ketiga (DPK) per Juni 2011 itu sudah sampai Rp19 triliun, kami targetkan DPK hingga akhir tahun itu Rp24 triliun, dengan total aset Rp30 triliun," ungkapnya.