REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso sangat berharap impor bisa dilakukan sesegera mungkin. Kementerian Perdagangan, lanjutnya, sudah mewacanakan rencana impor untuk mengamankan stok dalam negeri.
Impor untuk mengamankan stok, ia pastikan, tak akan menganggu harga. Namun, Bulog masih belum mengeluarkan berapa jumlah kuota impor.
Angka ramalan II BPS menunjukkan Indonesia mengalami surplus beras sebesar 2,4 persen. Kepala Badan Ketahanan Pangan Achmad Suryana mengutarakan, angka tersebut berbarengan dengan kenaikan pertumbuhan penduduk 1,49 persen.
Sementara itu, serapan beras Bulog dari petani masih rendah. “Sedangkan beras umumnya tersebar di masyarakat, sehingga sulit didapatkan di lapangan,” ungkapnya, Kamis (14/7).
Dengan demikian, surplus beras ada di petani dan harganya di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan, berdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perberasan, pemerintah menetapkan HPP yang berlaku sejak 1 Januari 2010.
Harganya Rp 2.640 perkilogram untuk gabah kering panen (GKP) ditingkat petani, dan Rp 2.685 perkilogram untuk gabah kering giling (GKG).
Achmad menambahkan, Bulog dapat memanfaatkan fleksibilitasnya melalui Inpres Nomor 8 Tahun 2011 tentang Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Menghadapi Iklim Ekstrim.
Dengan fleksibilitas yang dimiliki Bulog, katanya, Bulog dapat menyerap pembelian beras dari petani di atas harga biasa.
Bulog terus mencari harga beras di bawah harga pembelian Bulog. Dengan kurs dollar saat ini, lanjut Sutarto, Bulog mencari serapan beras dari petani dengan harga di bawah 680 US Dollar per ton. Ia yakin, Bulog mampu mendapatkan beras dikisaran tersebut. Jika dilihat dari pembelian tahun 2010, Bulog berhasil membeli dengan harga rata-rata di bawah 500 US Dollar. “Namun, tahun lalu harga memang masih murah,” ungkapnya di gedung DPR, Kamis (14/7).
Bulog juga mencari harga pembelian beras impor kategori medium plus yang berkualitas pecah 15 persen dan 20 persen. Sutarto menambahkan, jika keran impor sudah diumumkan, ada enam negara yang berpeluang sebagai pemasok, diantaranya Pakistan, India, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.