Jumat 24 Jun 2011 06:12 WIB

Prancis Bidik Peningkatan Investasi di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,Laporan wartawan Republika Wachidah Handasah dari Paris, Prancis

PARIS--Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon, dipastikan membawa sejumlah agenda ekonomi dalam kunjungannya ke Indonesia, 30 Juni mendatang. Selain penandatanganan perjanjian kemitraan strategis, akan ditandatangani pula sejumlah kontrak perdagangan. 

Fabien Fieschi, penasihat teknik urusan strategis pada Kantor Perdana Menteri Prancis, mengungkapkan hal itu di Paris, Kamis (23/6). Dalam kunjungan ke Indonesia nanti, PM Prancis akan membawa serta sejumlah pemimpin perusahaan penting. ''Hal itu untuk menunjukkan keinginan Prancis dalam berinvestasi di Indonesia sekaligus menunjukkan kompetensi dari perusahaan-perusahaan Prancis yang mungkin bisa membantu Indonesia,'' katanya. 

Diakui, sejauh ini tidak ada target dalam bentuk angka terkait keinginan untuk meningkatkan investasi di Indonesia. ''Yang jelas, akan ada kontrak-kontrak perdagangan yang cukup penting,'' ujarnya.

Ia mencontohkan, belum lama ini dalam pameran kedirgantaraan di Prancis, maskapai penerbangan Indonesia, Citylink, membeli 25 pesawat Airbus A320. ''Jadi, mungkin nanti akan ada kontrak-kontrak seperti ini yang akan berdampak penting bagi hubungan Indonesia-Prancis.''

Jadi, lanjut Fieschi, salah satu tujuan utama kunjungan ini adalah bagaimana agar perusahaan-perusahaan Prancis tertarik pada pasar Indonesia. Memiliki kompetensi yang tinggi, perusahaan-perusahaan Prancis dapat melakukan transfer teknologi dan bisa memasukkan Indonesia dalam rantai produksi industri. ''Contohnya Airbus. Saat ini sebagian dari sayap pesawat Airbus diproduksi di Indonesia.''

Fieschi juga menegaskan, dalam kunjungan PM Prancis nanti tidak akan ada penandatanganan kontrak militer atau persenjataan. Yang ada adalah upaya untuk mengembangkan kerja sama di bidang militer dan keamanan, seperti pertukaran data dan pengalaman. ''Juga bagaimana agar tentara Indonesia dan Prancis bisa bekerja sama dalam struktur NATO, contohnya seperti yang mereka lakukan di Lebanon.''

Meski demikian, Fieschi mengakui, ada sejumlah perusahaan Prancis yang tertarik berbisnis di Indonesia, khususnya di bidang militer. Perusahaan-perusahaan itu antara lain: TCNS untuk kapal selam, Thales untuk sistem telekomunikasi militer dan radar, serta Panhard untuk kendaraan lapis baja. 

Sejak krisis ekonomi 1998, hubungan perdagangan Prancis-Indonesia turun tajam. Dalam hal ini, Prancis menginginkan volume ekspornya ke Indonesia bisa kembali seperti sebelum krisis. ''Sekarang, tingkat ekspor belum mencapai level itu.'' 

Saat ini, lanjut Fieschi, terdapat sekitar 110 perusahaan Prancis yang menjalankan bisnis di Indonesia, dengan total tenaga kerja mencapai 40 ribu orang. Kunjungan PM Prancis ini, salah satunya bertujuan memperkuat keberadaan perusahaan-perusahaan Prancis di Indonesia. 

Bagi Prancis, Indonesia adalah negara berkembang yang sudah mencapai kesuksesan di berbagai bidang. Seperti dikatakan Fieschi, Indonesia merupakan kekuatan ekonomi yang besar, dengan jumlah penduduk yang juga sangat besar. Karena itu secara ekonomi, Indonesia merupakan pasar yang sangat penting. Perusahaan Prancis diharapkan bisa memanfaatkan peluang dan pasar Indonesia ini. 

Selain bidang ekonomi, ada beberapa bidang lain yang akan menjadi agenda kunjungan PM Prancis. Di antaranya, bidang pendidikan. Dalam hal ini akan diupayakan pertukaran mahasiswa dan peneliti, serta peningkatan pengajaran Bahasa Prancis di Indonesia karena saat ini hanya ada sekitar 50 ribu orang Indonesia yang belajar Bahasa Prancis. ''Juga akan ada pertukaran di bidang budaya.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement