REPUBLIKA.CO.ID,PARIS-- Tak hanya bagi negara maju, G-20 juga penting bagi negara berkembang. Penegasan itu disampaikan Direktur Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri dan Eropa, Prancis, Paul Jean-Ortiz, di Paris, Senin (20/6), seperti dilaporkan wartawan Republika Wachidah Handasah dari Paris Prancis.
Lewat forum G-20, menurutnya, akan tercipta dialog antara negara maju dan negara berkembang. ''Dalam hal ini negara-negara berkembang dapat menginformasikan kebutuhan-kebutuhan mereka,'' katanya. Dalam setiap pembahasan, katanya, keputusan yang diambil dalam forum G-20, juga harus mewakili kepentingan negara-negara berkembang. ''Setiap negara anggota harus dihormati posisinya,'' ujar dia.
G-20 adalah kelompok 19 negara dengan kekuatan ekonomi besar di dunia ditambah Uni Eropa. Tak hanya negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Inggris atau Jepang, G-20 juga merangkul sejumlah negara berkembang sebagai anggota, salah satunya Indonesia. Kelompok ini dibentuk pada 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Kelompok ini menghimpun hampir 85 persen perekonomian global dan dua pertiga penduduk dunia.
Sejak November tahun lalu, Prancis mengambil alih kepemimpinan G-20. Sementara pada Januari 2011, Prancis juga menjadi ketua kelompok G-8 untuk satu tahun ke depan.
Pada kepemimpinannya di G-20, Prancis mengusung sejumlah prioritas. ''Prancis ingin mereformasi sistem moneter internasional,'' katanya. Untuk diketahui, tahun-tahun terakhir ini, perekonomian dunia diwarnai oleh tingginya gejolak mata uang dan berbagai ketimpangan. Prancis dalam hal ini ingin memberikan jawaban kolektif atas penyimpangan-pengimpangan tersebut, sehingga ketimpangan ekonomi global tidak semakin lebar.
Prancis sebagai pemimpin G-20, lanjut Jean-Ortiz, juga akan berupaya meredam gejolak harga bahan pokok. ''Banyak negara dan ekonomi di dunia ini yang mengalami dampak dari perubahan harga ini.'' Masalah fluktuasi harga bahan pokok pertama kali dibicarakan pada KTT Pittsburgh, November 2009. Namun, hingga saat ini masih sedikit kebijakan konkret yang telah diambil. Prancis, kata dia, ingin mencari solusi bersama untuk meredam gejolak harga bahan pokok, terutama hasil pertanian. Sebab, gejolak bahan pokok sangat memengaruhi ekonomi dunia sekaligus mengancam ketahanan pangan masyarakat dunia.
Selain itu, kata Jean-Ortiz, Prancis juga ingin mereformasi tata kelola dunia agar lebih maju. Untuk ini, beberapa hal perlu dilakukan di antaranya memperkuat ketahanan pangan dunia, melakukan reformasi di Dewan Keamanan PBB serta mereformasi struktur kepemimpinan di IMF.
Di hadapan sejumlah wartawan Indonesia, Jean-Ortiz juga mengatakan, G-20 yang awalnya merupakan forum yang membahas masalah-masalah keuangan dan ekonomi, namun dalam beberapa tahun terakhir juga memberi perhatian pada bidang-bidang lain, di antaranya masalah lingkungan.