Rabu 08 Jun 2011 15:29 WIB

Perusahaan Rokok Kecil 'KO' Dipukul Perusahaan Rokok Raksasa

Buruh pelinting rokok di pabrik rokok Indonesia
Foto: FOREIGN POLICY
Buruh pelinting rokok di pabrik rokok Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-- Perusahaan rokok kelas kecil menengah terancam guling tikar karena tak mampu menghadapi persaingan terbuka dari perusahaan rokok berskala besar. Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) menuduh perusahaan rokok besar yang masuk kategori kelas satu bermain curang dengan memasarkan produknya pada pangsa perusahaan kelas tiga.

Demikian kata Ketua Harian Formasi, Heri S Soewandi, Rabu. "Dari 1.336 pabrik rokok, 90 persennya adalah kelas kecil menengah namun hanya menguasai pasar 10 persen. Sementera 10 persen perusahaan rokok besar mengusai pasar 90 persen. Dan sekarang dari pasar 10 persen milik perusahaan kecil dan menengah mulai diganggu," katanya.

Sepak terjang pabrik rokok besar masuk di pasar pabrik kecil menengah telah banyak membawa korban. Data pada 2008 masih tercatat sekitar 3.600 pabrik rokok kecil menengah, namun sekarang tinggal 1.336 buah. Yang lainnya gulung tikar.

"Di Kudus yang dulu ada 120 pabrik sekarang tinggal 40, sementara Malang dari 480 tersisa 120. Lainnya bangkrut" kata dia.

Perusahaan rokok besar mempunyai produksi enam miliar batang keatas per tahun, pabrik rokok menengah produksinya enam miliar sampai dua milar batang per tahun dan pabrik rokok kecil produksi 400 juta batang per tahun.

Formasi menghimbau kepada pemerintah khususnya pejabat berwenang di bidang perekonomian, perindustrian dan tenaga kerja agar tergerak untuk menyelamatkan perusahaan rokok kecil menengah khususnya hasil industri tembakau. Karena pabrik-pabrik ini cukup banyak menyedot tenaga kerja disamping sumbangan cukai rokok sebesar Rp 61 trilyun.

Heri mengatakan ketidakadilan pemerintah tercermin pada kebijakan cukai di tahun 2011 di mana kenaikan rata-rata cukuai Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 10 persen lebih besar dibandingkan kenaikan rata-ta Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang sebesar enam persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement