Senin 03 Oct 2016 06:05 WIB

Penjualan Listrik Naik, Pendapatan PLN Melonjak Hingga Rp 104,7 T

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Logo PLN
Foto: pln.co.id
Logo PLN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Keuangan PT PLN (persero) menyebutkan adanya kenaikan pendapatan penjualan tenaga listrik PLN dalam enam bulan terakhir. Perusahaan BUMN ini memperoleh kenaikan pendapatan penjualan listrik sebesar Rp 3,2 triliun atau naik 3,15 persen dari pendapatan semester pertama 2015 sebesar Rp 101,5 triliun menjadi Rp 104,7 triliun. 

Manajer Senior PLN Agung Murdifi menjelaskan, pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 107,2 Terra Watt hour (TWh) atau naik 7,85 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,4 TWh.

Agung menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi kWh ini sejalan dengan kenaikan jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan sampai dengan akhir bulan Juni 2016 yang mencapai 62,6 juta pelanggan atau bertambah 1,4 juta pelanggan dari akhir tahun 2015 yaitu 61,2 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 88,3 persen pada Desember 2015 menjadi 89,5 persen pada Juni 2016.

"Perusahaan dapat melakukan efisiensi dan penghematan sehingga subsidi listrik pada periode enam bulan Tahun 2016 turun sebesar Rp 891 miliar menjadi sebesar Rp 26,6 triliun dibandingkan  periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 27,5 triliun," kata Agung, Ahad (2/10).

PLN mencatat, seiring dengan meningkatnya produksi tenaga listrik, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp 1,9 triliun atau 1,66 persen menjadi Rp 119,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 117,8 triliun. Agung menilai penambahan beban usaha masih lebih kecil dibanding pertumbuhan pendapatan karena PLN terus melakukan program efisiensi melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan penggunaan batu bara atau energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar.

Efisiensi terbesar, lanjutnya, terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp 8,4 triliun sehingga pada 2016 menjadi Rp 10,4 triliun atau 44,52 persen dari tahun sebelumnya Rp 18,8 triliun, terutama dikarenakan penurunan konsumsi BBM 0,6 juta kiloliter sehingga pemakaian sampai dengan Juni 2016 sebesar 2,2 juta kiloliter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement