REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengatakan, akibat bencana gempa bumi, perusahaan Jepang dapat memindahkan sementara basis produksinya ke Indonesia. "Bisa saja perusahaan-perusahaan Jepang memindahkan sementara produksinya ke luar Jepang termasuk Indonesia seperti komponen dan bahan baku," ujarnya ketika dihubungi di Tokyo, Jepang, Senin (14/3).
Edy Putra Irawady berada di Jepang dalam rangka pembahasan pelepasan kargo (cergo release) terkait sistem pelayanan terpadu satu jendela (National Single Window). Ia juga melakukan pembicaraan resmi dengan Direktur Informasi Kantor Manajemen Biro Kepabeanan dan Tarif Jepang Osamu Mizui, Wakil Senior Menteri Keuangan Fumihiko Igarashi serta Dirjen Bea dan Cukai Atsuko Shibota.
Dalam kesempatan tersebut juga disebutkan Jepang tetap memberikan komitmen kerjasama pembangunan fasilitas perdagangan (trade facilitation) serta pelaksanaan program Metropolitan Priority Area (MPA) untuk pembenahan pelabuhan kepada Indonesia. "Mereka bilang program dan proyek-proyek mereka usulkan di Indonesia seperti Jakarta 'metropolitan area' untuk pembenahan pelabuhan Tanjung Priok tetap jalan, bahkan mereka menawarkan kerjasama pembangunan 'trade facilitation'," ujar Edy.
Ia juga memaparkan situasi di Jepang pasca musibah tersebut yang ternyata tidak menganggu sistem kepabeanan layanan terpadu satu jendela (NSW). "Tsunami hanya berdampak pada pelabuhan Sendai (port) dan Yokohama, saya tadinya kuatir karena tiadanya shortage listrik akan berpengaruh pada produksi di Jepang. Hebatnya lagi, NSW Jepang tidak terpengaruh dengan peristiwa ini," ujarnya.
Ia mengharapkan perekonomian Jepang dapat cepat pulih dari situasi ini, walaupun dua dari tiga pilar kekuatan daya saing bisnis di negara tersebut yaitu sektor logistik dan sektor energi masih terlihat lumpuh. "Ekonomi domestik tidak bisa cepat pulih, karena dua dari tiga pilar kekuatan daya saing bisnis Jepang, yaitu logistik seperti pelabuhan laut, airport, dan transportasi lokal serta energi reaktor nuklir yang menjadi listrik murah masih lumpuh," ujarnya.
Edy memperkirakan ekspor Indonesia seperti produk peralatan rumah tangga, peralatan kantor (office supplies), komponen dan aksesories otomotif serta barang elektronik ke Jepang akan terganggu. "Ekspor ini akan melesu baik karena penurunan aktivitas bisnis domestik Jepang maupun belum pulihnya logistik tadi," ujarnya.
Selama 2010, nilai ekspor nonmigas ke Jepang menembus 16,49 miliar dolar AS dan berada pada peringkat pertama negara tujuan ekspor Indonesia. Sedangkan pada Januari 2011, nilai ekspor nonmigas ke Jepang mencapai sebesar 1,21 miliar dolar AS atau 10,13 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia.