REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gempa berkekuatan 9 Skala Richter mengguncang Jepang. Tsunami pun datang menghantam daerah pesisir timur Pulau Honsu yang panjangnya mencapai ratusan kilometer. Bahkan guncangan gempa itu merata di rasakan di seluruh kepulauan Jepang, tak terkecuali Tokyo dan kawasan industri lainnya.
Karena begitu hebatnya gempa ini, sejumlah fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir di negeri 'matahari terbit' itu rusak. Industri besar Jepang yang selama ini menjadi motor penggerak perekonomian pun terganggu karena pasokan listriknya tersendat. Senasib dengan jutaan rumah di sana yang terpaksa mengalami pemadaman listrik.
Ada kekhawatiran, bencana itu akan berdampak pada perdagangan antara Jepang dan Indonesia. Apalagi, Jepang selama ini dikenal sebagai salah satu pasar terbesar dari tujuan ekspor Indonesia. Kepala Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan memperkirakan gempa dan tsunami itu akan memberikan dampak sekecil apapun. Namun diyakini, Jepang akan cepat pulih sehingga ekonominya akan kembali bergerak secara normal. Optimisme yang juga disuarakan oleh Wakil Ketua Umum Kadin Rachmat Gobel.
Rusman Heriawan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Apakah gempa di Jepang bakal menggangu perdagangan dengan Indonesia?
Ya, berapa pun besarnya pasti ada. Jadi bagaimanapun, Jepang itu adalah mitra ekonomi kita yang sangat diperhitungkan. Contohnya begini, ekspor kita, menurut tujuan ekspor, Jepang itu pangsanya terbesar. Jadi kalau kita lihat tahun 2010 saja, ekspor ke Jepang itu tertinggi, bahkan mengalahkan Cina yang lagi emerging dan mengalahkan Amerika.
Bagaimana pengaruh gempa Jepang terhadap perdagangan dengan Indonesia?
Pasti ada. Tahun 2010 saja, ekspor ke Jepang itu tertinggi, bahkan mengalahkan Cina dan Amerika Serikat. Biasanya ada empat negara yang pasar konvensional ekspor kita, yaitu Jepang, Cina, Amerika, Jepang, dan Singapura. Jepang untuk tahun 2010 itu yang terbesar.
Kemudian Januari 2011, data terakhir Jepang itu nomor satu (tujuan) ekspor. Kalau Impor, juga cukup besar, signifikan, kedua terbesar. Impor pernah dari Jepang nomor satu mengisi pasar Indonesia, tapi sekarang dikalahkan Cina. Tetapi memang masih nomor dua, itu konsisten 10 tahun terakhir.
Kemudian kalau bicara wisatawan Jepang ke Indonesia itu sekarang memang merosot, bukan karena tsunami, tapi memang trennya menurun, dibandingkan dengan negara lain. Jumlah tidak menurun tapi mungkin negara lain lebih besar. Dia konsisten di lima besar. Pernah kira kira pada era 10 tahun yang lalu, wisatawan mereka pernah nomor satu. Investasi juga begitu. Penanaman modal asing itu besar, Honda, Yamaha, pabrik Jepang yang ada di Indonesia. Itu dia lima besar. Cukup signifikan.
Seberapa besar dampaknya?
Kalau melihat dari situ apapun dalam ekonomi ada yang terganggu karena dampak gempa bumi dan tsunami. Dalam beberapa saat terganggu, tapi begini, besar kecilnya gangguan itu belum bisa diukur secara pasti. Kita perlu memperoleh informasi yang update dari pemerintah Jepang, seberapa jauh mereka bisa memulihkan kehidupan mereka. Tetapi dari sisi yang lain, sebenarnya memang tsunami itu dan gempa di sana tidak mengenai urat nadi perekonomian mereka. Perekonomian mereka di Tokyo dan Yokohama, tapi di sana memang gempa bumi terasa, namun tsunaminya tidak mampir.
Kita harus manakarnya dari situ juga, selama Tokyo, Yokohama, dan Osaka tidak kena sebenarnya tidak terlalu lumpuh dia. Memang ada gangguan di sana. Kedua juga begini, seperti yang saya sebutkan tadi, wisatawan akan berkurang sehari, dua hari, seminggu ini. Tidak baik juga bepergian dalam situasi seperti itu. Yang perlu kita pandang juga, optimisme juga, Jepang sudah sangat terlatih, karena mereka itu gempa itu seperti makanan sehari-hari, jadi protabnya, bagaimana meraspons dan sebagainya itu sudah jelas. Dari anak kecil sampai ke kakek-kakek, walupun tidak bisa dihindari, korban jiwa dan infrastruktur.
Tentang ekspor atau impor yang terganggu itu, sebenarnya pada jenis komoditas apa?
Yang kita butuhkan dari impor bersamaan dengan PMA kita adalah bahan baku dan barang modal. Jadi barangkali akan terganggu sebentarlah. Saya optimis normal lagi. Saya ingat dulu Kobe, malah ribuan meninggal, tapi malah tidak ada cerita lanjutan, artinya dia bisa bangun. Kita posisi optimis. Minggu-minggu ini akan dikaji dan diikuti.
Bahan baku, artinya biar bagaimanapun dominasi di Indonesia kayak kendaraan itu merek Jepang dan memang sebagian besar komponen diproduksi di negeri kita. Ada juga sebagian komponen yang harus diimpor dari Jepang, itu mungkin akan terganggu. Itu tidak lama.
Kalau ekspor kebanyakan dari kita itu gas bumi, minyak, kemudian ada beberapa produk pertambangan umumnya dan perkebunan. Tapi tergantung sarana industri yang terkena di sana. Seberapa besar mereka tergantung bahan baku dari Indonesia.
Sebenarnya pemerintah sudah melakukan kajian tentang dampak ekonomi ini atau belum?
Pemerintah saya yakin mereka sangat teliti dan sangat seksama, mengkaji dan mempelajari seberapa jauh dampaknya. Barangkali apapun yang terjadi ini. Kita tidak ada cara lain, Jepang sudah terlanjur menjadi pasar, mitra kita terbesar. Tidak bisa segera kita kompensasi. Ekspor ke Jepang berkurang, lalu pindah ke mana, tidak semudah itu. Kita pasrah saja tapi bukan berarti tidak mengambil ikhtiar, pemulihan hubungan dagang, investasi, pariwista itu bergantung pada kemampuan Jepang itu sendiri.
Kita tidak bisa berbuaat apa apa juga. Kita tunggu aja, dengan penuh perhitungan. Kalau memang tidak bisa melakukan apa-apa, perlu ada koreksi juga terhadap besaran target. Saya tidak pesimis, Jepang sangat ulet kalau sudah terkait pemulihan ekonomi.
Prediksi anda roda ekonomi Jepang mulai berputar kapan?
Tadinya saya khawatir karena semua subway sempat dimatikan. Dimatikan bukan karena ada kerusakan tapi karena pencegahan. Tapi besoknya sudah normal lagi, sudah jalan lagi. Tidak seburuk yang kita duga. Dampak tsunami ini buruk, tapi seminggulah. Seminggu kita lihat lagi. Kita juga harus menunggu lagi, informasi resmi sampai seberapa jauh dampaknya.