REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan kenaikan harga minyak dunia akibat krisis di Mesir tidak akan bertahan lama dan tidak akan berdampak buruk terhadap kondisi di Indonesia. "Saya sendiri menganggap situasi Mesir sangat 'temporary'. Kenapa? Karena Mesir bukan pengekspor minyak. Sehingga tidak begitu besar pengaruhnya," kata Hatta ketika ditemui di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat (4/2).
Hatta menjelaskan, kenaikan harga minyak akibat situasi di Mesir adalah fenomena sementara, bahkan ada kecenderungan pasokan minyak yang mencukupi. Dia mencontohkan, negara-negara anggota OPEC sudah berkomitmen untuk meningkatkan produksi minyak.
Selain itu, ada tren penurunan permintaan yang akan berpengaruh pada harga minyak yang relatif stabil. Penurunan permintaan itu antara lain terjadi di Amerika, katanya. Meski demikian, Hatta mengaku tetap memantau perkembangan harga minyak bersama Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia sebulan sekali.
Fokus koordinasi itu adalah untuk mengantisipasi kenaikan harga barang akibat kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga itu berpotensi menimbulkan inflasi. "Terutama kita menjaga betul inflasi," katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Menurut dia, kenaikan harga itu hanya bersifat sementara. Minyak mentah Brent mengalami kenaikan tinggi dalam 28 bulan di atas 103 dolar AS pada Kamis karena krisis politik di Mesir, memunculkan kekhawatiran baru atas pasokan energi di negara-negara kawasan Timur Tengah yang kaya minyak.
"Ketidakpastian yang masih terus berlanjut di Mesir telah mendorong harga minyak mentah Brent mencapai 103 dolar per barel semalam, tingkat tertinggi sejak September 2008," kata analis Kommerzbank, Carsten Fritsch.
Minyak mentah 'Brent North Sea' untuk pengiriman Maret naik ke posisi 103,37 dolar per barel --tingkat tertinggi sejak 26 September 2008. Harga terakhir berada pada kisaran 102,27 dolar pada perdagangan London, turun tujuh sen dibanding penutupan Rabu lalu. Kontrak utama New York, minyak mentah 'light sweet' untuk penyerahan Maret turun 22 sen menjadi 90,64 dolar per barel.
Pasar minyak dalam kondisi resah karena kekhawatiran krisis Mesir dapat menjalar ke negara-negara lain terutama di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak. Meski Mesir, bukan negara produsen minyak utama, namun di negara itu terletak Terusan Suez, yang mengangkut sekitar 2,4 juta barel per hari minyak mentah, setara dengan produksi minyak mentah Irak.
Laporan cadangan mingguan terakhir dari Departemen Energi (DoE) Amerika Serikat menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah naik tajam untuk pekan ketiga berturut-turut. Cadangan minyak mentah naik 2,6 juta barel menjadi 343,2 juta barel pada pekan yang berakhir 28 Januari, sesuai dengan ekspektasi, data resmi menunjukkan.