REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk, Rinaldi Firmansyah menyampaikan saat ini pihaknya tengah bersaing dengan tiga pihak lainnya untuk bisa mengakusisi sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka di Kamboja.
"Yang ingin (memiliki perusahaan telekomunikasi di Kamboja) lebih dari satu (pihak). Shortlist-nya ada empat, bersaing dengan tiga lainnya," kata Rinaldi seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Telkom di Jakarta, Jumat (17/12).
Sayangnya, ia enggan menyebutkan secara rinci terkait rencana akusisi tersebut. Namun, ia menyampaikan sekarang ini sudah ada proses-proses yang ingin dibentuk. "Karena ada kerahasiaan (confidentiality agreement) jadi kita tidak bisa sebutkan. Apakah ini perusahaan swasta atau BUMN," lugas Rinaldi.
Langkah Telkom untuk memiliki perusahaan di Kamboja ini sesuai dengan aspirasi BUMN telekomunikasi ini untuk masuk pasar regional. Sebetulnya, ungkap Rinaldi, dulu ke sempat mencoba masuk ke Iran tapi tidak berhasil.
Telkom berharap bisa memiliki mayoritas saham di perusahaan telekomunikasi Kamboja yang tengah dibidiknya. "Kita ingin (menjadi pemegang saham) mayoritas di sana," ujar Rinaldi.
Diharapkan proses akuisisi perusahaan telekomunikasi Kamboja tersebut rampung di tahun depan.
"Mereka (perusahaan telekomunikasi Kamnoja) berharap di 2011 proses sudah selesai," imbuh Rinaldi.
Sebelumnya, mantan Komisaris Utama Telkom, Tanri Abeng menyatakan, Telkom tengah melangsungkan pembicaraan dengan perusahaan telekomunikasi Kamboja tersebut. "Kita akan masuk mayoritas, lebih dari 50 persen. Perusahaan seluluar juga. Kan sudah bidding.," jelasnya.
Sementara itu, terkait rencana merger unit usaha CDMA telkom, Flexi dengan Esia, milik PT Bakrie Telecom Tbk, Rinaldi mengungkapkan, belum ada perkembangan signifikan. Dia juga menegaskan bahwa tidak benar adanya tenggat waktu kalau Telkom dan Bakrie Telecom harus menandatangani nota kesepahaman (MoU) merger Flexi-Esia di bulan Desember tahun ini.
"Belum ada perkembangan baru dari merger Flexi-Esia. Sebetulnya industri telekomunikasi player-nya sudah terlalu banyak ada 11, makanya ada wacana (merger) itu. Ada tren konsolidasi, tapi sedang kita bahas," papar Rinaldi.