REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Indonesia melaporkan bahwa menjelang akhir tahun, intermediasi perbankan tumbuh cukup tinggi dengan kenaikan yang mencapai Rp 10,47 triliun pada minggu kelima
November, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar Rp 18,47 triliun.
"Secara year to date (ytd) kredit tumbuh 17,44 persen dan secara year on year (yoy) tumbuh 22,11 persen. Sementara itu, secara 'ytd' DPK naik 10,91 persen atau 17,35 persen (yoy)," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Rabu (1/12).
Sementara itu pada pekan terakhir November, suku bunga dasar kredit (SBDK) rupiah mengalami penurunan yang cukup tinggi yakni sebesar 9 basis points (bps), sedangkan rata-rata suku bunga deposito rupiah satu bulan naik satu bps, sehingga 'spread' suku bunga rupiah perbankan mengecil dari 5,54 persen menjadi 5,44 persen.
Sementara, ketidakpastian kondisi global mengakibatkan investor asing cenderung melakukan aksi 'wait and see', sehingga akibatnya 'outflow' dana asing kembali berlanjut. Selama sepekan terakhir, dana asing yang ditempatkan pada aset keuangan rupiah berkurang sebesar Rp 5,11 triliun, yang bersumber dari penurunan SBI asing Rp 2,64 triliun, SUN asing Rp 1,22 triliun, serta net jual saham asing Rp 1,25 triliun.
Perkembangan tersebut kembali menurunkan pangsa kepemilikan asing pada SBI dari 30,2 persen menjadi 28,78 persen, serta pangsa kepemilikan asing pada SUN dari 30,46 persen menjadi 30,26 persen.
Pada pekan kelima November kredit naik Rp 10,47 triliun, yang bersumber dari kenaikan kredit rupiah Rp 3,93 triliun dan kredit valas Rp 6,54 triliun. Pada pekan laporan, kredit rupiah naik pada hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok bank campuran yang turun Rp 0,83 triliun. Peningkatan kredit rupiah terbesar pada kelompok bank swasta dan persero masing-masing Rp 2,38 triliun dan Rp 1,75 triliun.
Sementara itu, peningkatan kredit valas terjadi pada semua kelompok bank, dan tertinggi pada kelompok bank Persero Rp 3,26 triliun dan Kantor Cabang Bank Asing/KCBA Rp 1,97 triliun. Dalam denominasi valas kredit valas perbankan naik 680 miliar dolar AS selama sepekan terakhir.
DPK naik Rp 18,47 triliun, khususnya karena kenaikan DPK rupiah Rp 16,0 triliun. Sementara DPK valas hanya bertambah sebesar Rp 2,47 triliun. Pertumbuhan tersebut menyebabkan secara ytd DPK berhasil mencatat kenaikan sebesar Rp 214,91 triliun (10,91 persen) atau secara 'yoy' sebesar Rp 323,06 triliun (17,35 persen).