Kamis 02 Dec 2010 02:58 WIB

Inflasi Tinggi, Pemerintah Gagal Kendalikan Harga

Rep: Teguh thr/ Red: Djibril Muhammad
Direktur eksekutif Economics, Industry and Trade (Econit), Hendri Saparini
Direktur eksekutif Economics, Industry and Trade (Econit), Hendri Saparini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tidak tercapainya target inflasi tahun ini membuktikan kegagalan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan. Pemerintah tidak mempunyai mekanisme yang jelas untuk mengendalikan harga bahan kebutuhan pokok.

Demikian disampaikan oleh Direktur eksekutif Economics, Industry and Trade (Econit), Hendri Saparini, ketika dihubungi Republika, Rabu (1/12). "Pemerintah tidak ada mekanisme menjaga kestabilan pangan yang jelas. Sekarang modelnya hanya seperti pemadam kebakaran," kritiknya.

Menurut Hendri Bulog yang seharusnya berfungsi menstabilkan harga pangan kini kemampuannya sudah dikebiri. Bulog hanya bertanggung jawab untuk menjaga harga beras. Itu pun dengan instrumen operasi pasar.

Padahal operasi pasar tersebut, lanjut Hendri, bersifat terbatas pada titik tertentu saja. Sementara kenaikan harga beras tersebut hampir naik di semua titik."Persetujuannya juga harus dari Kementrian Perdagangan," jelasnya.

Sementara negara lain seperti Malasyia, lanjut dia, instrumen stabilisasi harganya jauh lebih jelas. "Bulog disana tidak hanya sekedar ngatur beras," tegasnya.

Sebetulnya, kata dia, proyeksi tidak tercapainya target inflasi 5,3 persen (APBN P 2010) dan 6 (enam) persen tersebut sudah sejak awal. Meskipun rupiah imported inflation  lebih rendah akibat penguatan rupiah namun kenyataanya inflasi dari komoditas lain cukup tinggi. "Dorongan inflasi dari sektor lain cukup tinggi," ujarnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement