REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Industri nasional mengalami pertumbuhan sekitar 4,96 persen pada 2010. Meski begitu, jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, masih ada tiga sektor mengalami pertumbuhan negatif atau minus.
Ketiga sektor itu adalah: barang kayu dan hasil hutan yang turun sebesar 3,21 persen, semen dan barang galian bukan logam sebesar 0,98 persen, serta logam dasar besi dan baja sebesar 0,39 persen. Menteri Perindustrian, MS Hidayat, menjelaskan, bila pertumbuhan sektor-sektor tersebut dapat didongkrak hingga tidak tumbuh negatif, maka pertumbuhan industri mampu menyentuh enam persen.
"Sektor-sektor itu sedang dikaji. Keinginan saya, tim ekonomi kabinet membuat matriks bidang yang harus dilakukan dan bertanggung jawab karena ada target besar, misalnya 2015 mau ASEAN Economic Community (AEC)," ucapnya Selasa (30/11) di Jakarta.
Matriks tersebut diperlukan, kata dia, karena kerap kali pertumbuhan industri terhambat faktor dari bidang lain yang di luar kuasa Kemneterian Perindustrian. Di antaranya infrastruktur logistik yang tidak mendukung distribusi barang dalam negeri.
Faktor lain yang juga kerap menghambat yaitu ekonomi biaya tinggi seperti pungutan liar atau pajak yang tidak terduga. "Kalau kita nggak kompetitif, Malaysia produksinya nggak di Indonesia karena biayanya mahal tapi pasarnya di sini," katanya.
Ditemui terpisah, Dirjen Industri Berbasis Manufaktur Kemenperin, Panggah Susanto, menambahkan pertumbuhan sejumlah sektor industri yang negatif lantaran penyerapan APBN yang lambat. Lambatnya penyerapan itu memengaruhi sektor semacam besi, baja, dan semen yang banyak digunakan proyek pembangunan oleh pemerintah. Selain itu, dia melihat terdapat tantangan bagi sektor tekstil di kuartal keempat, mengingat langkanya pasokan bahan baku seperti kapas dan serat.