REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Garuda Indonesia menyatakan pihaknya akan melakukan investigasi dari adanya masalah teknis dari kekacauan sistem operasional yang berimbas pada pembatalan penerbangan selama tiga hari.
"Ada kesalahan teknis yang membuat sistem teknologi informasi integrated operational control system (IOCS)nya tidak berjalan normal, makanya, kita akan melakukan investigasi di internal apakah memang ada kesalahan sistem atau human error," kata Direktur Pengembangan dan IT, PT Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan tuturnya kepada wartawan usai RDP dengan Komisi V DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (25/11).
Menurut Elisa, jika nantinya hasil temuan tim investigasi mengarah ke human error pihaknya akan memberikan sanksi tegas kepada petugas yang bersangkutan.Elisa mengungkapkan, akibat adanya kerusakan IOCS itu mengakibatkan data tidak sinkron dan tidak dapat diakses selama empat jam. "Secara otomatis, pergerakan jadwal awak pesawat dan pesawat pun tidak tercatat sehingga operasional menjadi kacau," paparnya.
Namun, Elisa mengungkapkan, saat ini jadwal penerbangan telah kembali normal. Ditambah lagi, lanjut dia, dengan penerapan sistem IOCS itu ke depannya, frekuensi penerbangan domestik Garuda akan meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2015. "Tahun 2010 Garuda melayani 1333 penerbangan perminggunya, dan diprediksi pada tahun 2015 menjadi 4949 per minggu," bebernya. Dipaparkannya, nantinya prioritas pengembangan rute Garuda yaitu penerbangan domestik
Selain itu, lanjut Elisa, frekuensi penerbangan internasional nantinya juga akan bertambah menjadi dua kali lipat pada tahun 2015. "Tahun 2010 ini penerbangan internasional Garuda, 338 frekuensi per minggu, ditargetkan penerbangan internasional 2015 Garuda akan melayani 871 frekuensi penerbangan per minggunya," paparnya.
Nantinya, ungkap dia, jaringan internasional dirancang untuk berintegrasi dengan jaringan domestik. "Saat ini, penetrasi pasar juga dilakukan melalui kerja sama komersial dengan maskapai Korean Air, Qatar Airways, China Airlines, Cina Southern, Malaysia Airlines, Philippine Airlines, dan Silk Air menjadi aliansi global, akan membantu menciptakan tambahan trafik sebesar 10 persen," bebernya.
Sehingga, tutur Elisa, dengan bergabungnya maskapai penerbangan terbesar di dalam negeri ini, akan berimplikasi postif, diantaranya ekspansi jaringan melalui jaringan tim aliansi, dan efisiensi biaya pembelian komponen pesawat dan fuel melalui jaringan Aliansi. "Serta jaringan pemasaran global dalam tim Aliansi," tukasnya.
Sementara itu, munculnya rumor yang beredar terkait kekacauan sistemoperasional dengan kisruh tersebut ada sangkut paut dengan rencana flag carrier Indonesia ini menjual sahamnya di lantai bursa. Saat dikonfirmasi, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar buru-buru membantah. "Hal ini sama sekali tak ada kaitannya dengan IPO Garuda dan sampai saat ini semuanya berjalan sesuai rencana yang telah disusun," tegasnya.