REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga memperkirakan rupiah pada Jumat (26/11) masih akan terkoreksi, karena pelaku berlanjut melakukan aksi profit taking (lepas rupiah). "Aksi lepas rupiah masih berlanjut, karena kenaikan dolar terus terjadi akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap kawasan Semenanjung Korea," katanya di Jakarta, Kamis.
Rupiah pada Kamis turun empat poin menjadi Rp 8.962 per dolar.
Edwin Sinaga yang juga Dirut Finan Ciorpindo Nusa mengatakan, rupiah masih terkoreksi dalam kisaran sempit tidak melebar, karena itu koreksi yang terjadi relatif kecil. "Kami optimis koreksi harga terhadap rupiah relatif kecil, karena pelaku sebenarnya berencana ingin membeli rupiah," ucapnya.
Menurut dia, pasar uang domestik masih negatif terhadap rupiah, karena belum muncul faktor baru yang kuat mendorong mata uang Indonesia menguat. "Kami memperkirakan sentimen positif yang kuat sampai akhir pekan ini masih belum muncul di pasar," ujarnya.
Meski demikian, lanjut dia pelaku pasar khususnya asing masih berada di pasar domestik, mereka berdiam diri mencari momen yang tepat untuk masuk ke pasar. Akibatnya transaksi valas di pasar domestik cenderung merosot, hanya sebagian kecil pelaku pasar lokal yang masih bermain di pasar.
Menurut dia, pelaku pasar mempunyai kewenangan yang luarbiasa di pasar, mereka bisa membeli atau pun menjual mata uang tergantung dari keinginan mereka, tanpa melihat ada atau tidaknya faktor positif maupun negatif di pasar. "Apabila mereka ingin membeli rupiah, meski dolar AS di pasar regional, maka tanpa ada hambatan rupiah itu akan menguat," ucapnya.