Selasa 23 Nov 2010 05:38 WIB

Kembali Alami Resesi, Ekonomi Thailand Melambat

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK--Ekonomi Thailand telah merosot kembali ke dalam resesi. Negeri gajah putih itu mengalami kontraksi untuk dua kuartal berturut-turut karena penguatan baht dan pelemahan ekonomi global mengerem ekspor, demikian data pemerintah menunjukkan, Senin (22/11). Produk domestik bruto (PDB) menyusut 0,2 persen dalam tiga bulan hingga September dari kuartal sebelumnya, ketika hal itu (PDB) kontraksi oleh sebuah revisi 0,6 persen, menurut perkiraan resmi.

Resesi biasanya didefinisikan sebagai dua atau lebih kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif. Secara tahun-ke-tahun, pertumbuhan ekonomi Thailand melambat menjadi 6,7 persen pada kuartal ketiga, dari 9,2 persen pada April-Juni.

Ekonomi Thailand telah tetap relatif tangguh dalam menghadapi kekerasan politik mematikan awal tahun ini. Tetapi kondisi itu belum kebal terhadap perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa serta kemerosotan dolar.

Baht Thailand, bersama dengan mata uang Asia lainnya, telah melonjak terhadap greenback, mencapai tertinggi selama 13 tahun. Mata uang kuat merongrong daya saing ekspor Thailand.

Dihadapkan dengan ketidakpastian prospek, bank sentral Thailand yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan stabil pada 1,75 persen pada Oktober, berhenti menerapkan suku bunga itu setelah mengalami peningkatan biaya pinjaman dua kali berturut-turut sejak Juli.

Pembuat kebijakan moneter akan bertemu berikutnya pada 1 Desember. Kerajaan telah menerapkan beberapa langkah untuk mengekang penguatan baht, termasuk pajak untuk asing yang berinvestasi pada obligasi Thailand.

Pertumbuhan ekspor melambat menjadi 15,7 persen pada Oktober dari tahun sebelumnya, setelah ekspansi 21,2 persen pada September. Meskipun baru-baru ini mengalami kontraksi, pemerintah menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB untuk tahun ini sedikit menjadi 7,9 persen berkat kinerja yang kuat pada awal tahun. Pada 2009 ekonomi menyusut 2,3 persen. Pada 2011, pertumbuhan diperkirakan akan melambat dalam kisaran 3,5-4,5 persen.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement