REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia memiliki potensi pasar mesin pemintalan sebesar 12 juta mata pintal dengan nilai investasi sekitar 1,2 miliar dolar AS. China Hi-Tech Group Corporation (CHTC), BUMN permesinan tekstil asal Cina berminat mengembangkan usaha ke Indonesia untuk menggarap ceruk pasar tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, mengatakan, mesin tekstil Cina kini mampu berkompetisi dengan produk asal Eropa atau Jepang karena pengembangan teknologi yang maju. Sehingga, selain bersaing di sisi harga, mutu produk baik dari sisi kualitas maupun konsumsi energinya pun kompetitif. "Kita ajak mereka re-engineering di sini, dari servis dulu. Ditindak lanjuti dengan sparepart, kemudian knock down dan assembling," katanya kepada wartawan dalam jumpa pers, Senin (22/11).
Menurut dia, sebanyak dua dari delapan juta mata pintal di Indonesia merupakan produk Cina yang didatangkan lewat CHTC. Pihaknya mengharapkan keseluruhan proses investasi tersebut dapat rampung dalam lima tahun mendatang.
Tahapannya, jika sudah memiliki pelanggan sebanyak empat juta mata pintal, mereka akan terjun ke pembuatan suku cadang. Kemudian, jika terdapat tambahan delapan juta mata pintal lagi, barulah mereka menggarap pasar perakitan mesin pemintalan. "Pasarnya bukan hanya dalam negeri tapi juga ekspor. Bisa ke Pakistan, Bangladesh, Srilanka atau Afrika," ucapnya.
Wakil Presiden CHTC, Maoxin Ye, mengatakan, pasar Indonesia masih menyimpan potensi untuk digarap. Karena, 75 persen mesin pintal yang ada di Indonesia berusia tua dan tidak efisien. Di Cina, terdapat 100 juta mata pintal mesin pemintalan dengan jumlah penduduk 1,3 miliar jiwa. Dengan perbandingan yang sama, dia menghitung masih banyak celah di Indonesia yang dapat diisi. "Kita ingin bekerja sama yang lebih erat, membawa teknologi dari Cina ke Indonesia untuk investasi. Asal kami diberikan fasilitas yang sama dengan pengusaha lokal," katanya.