Jumat 05 Nov 2010 21:51 WIB

Pertamina Optimis Tingkatkan Produksi Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA--PT Pertamina (Persero) menyatakan optimis mampu mendongkrak produksi minyak mentah nasional dengan target di atas 200 ribu barel per hari pada 2011 mendatang. "Produksi minyak Pertamina hingga September 2010 sebanyak 191 ribu barel per hari dan pada 2011 ditargetkan mampu memproduksi di atas 200 ribu barel per hari," kata Direktur Hulu PT Pertamina, Bagus Setiardja saat pemaparan kepada Komisi VII DPR RI di Hotel Rimba Papua Timika, Jumat (5/11).

Ia mengatakan, total produksi minyak tersebut dikelola sendiri oleh sejumlah anak perusahaan PT Pertamina dengan kenaikan terbesar dialami oleh PT Pertamina EP dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang menargetkan produksi minyak mentah di Blok Offshore North West Java (ONWJ) mencapai 54 ribu barel per hari tahun ini.

"Kami optimis bisa merealisasikan target itu tahun 2011 mengingat kita sedang mengembangkan lapangan Mudi Sukowati yang bersebelahan dengan Blok Cepu dengan target produksi di atas 50 ribu barel," jelas Bagus.

Adapun produksi minyak mentah dari region kawasan timur Indonesia (KTI), katanya, terus meningkat setiap tahun dan hingga Oktober 2010 mencapai 7.500 barel per hari. Sedangkan untuk tahun 2011 ditargetkan mampu memproduksi 9.300 barel per hari.

Dari total produksi minyak di region KTI itu, sumbangsih Papua Field di wilayah Sorong Papua Barat mencapai 1.243 barel per hari pada Oktober 2010. Melalui kerja sama (joint operating body) antara Pertamina dengan Petrochina Salawati yang beroperasi di Papua Barat mampu memproduksi minyak sebesar 2.500 barel.

General Manajer Pemasaran Pertamina Wilayah Maluku dan Papua, Arief Prianto mengatakan distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke wilayah Papua saat ini masih menemui kendala karena menggunakan transportasi udara (pesawat terbang) khusus melayani wilayah Wamena Jayawijaya dan Pegunungan Bintang.

Biaya angkut BBM ke Pegunungan Bintang, katanya, sebesar Rp31 ribu per liter, ke Wamena Rp 9.500 per liter (kedua daerah itu menggunakan transportasi udara), sedangkan ke Sarmi yang menggunakan transportasi darat Rp2.500 per liter.

Adapun untuk melayani daerah terpencil lainnya menggunakan angkutan kapal laut. Dengan kondisi tersebut, katanya, biaya yang harus dikeluarkan oleh Pertamina untuk mengangkut BBM ke Papua sebesar Rp 9,7 miliar per bulan sehingga terjadi defisit sebesar Rp 6,4 miliar per bulan.

"Kami mengangkut langsung BBM ke tempat agen premium, minyak tanah dan solar (APMS) dengan harga jual di APMS sebesar Rp 4.500 per liter atau sama dengan harga jual di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum)," ungkapnya.

Selain masalah kesulitan transportasi, menurut Arief, persoalan lain dalam pendistribusian BBM ke

Papua yaitu kondisi cuaca yang sering tidak bersahabat, keterbatasan sarana dan pra sarana, gelombang laut yang tinggi di perairan selatan Papua dan kondisi pasang surut yang tidak menentu di Merauke dan Timika.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement