REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Perkembangan saham berbasis syariah di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai cukup menggembirakan. Sebab, menurut Direktur BEI, Frederica Widyasari Dewi, sampai saat ini saham syariah itu sudah mencapai sekitar 46 persen dari kapitalisasi pasar.
"Kalau dari aspek market sharenya, saham berbasis syariah memang masih belum besar. Namun, kalau dilihat dari kapitaliasi saham, sampai saat ini sudah menapai lebih dri 46 persen dari total kapitalisasi pasar," papar Frederica Widyasari Dewi usai meresmikan Pojok Bursa Efek dan Galeri Danareksa di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang, akhir pekan kemarin.
Dia menjelaskan bahwa ada 184 jenis saham yang masuk ke pasar bursa efek masuk kariteria berbasis syariah. Menurut dia, ratusan jenis saham berkategori syariah tersebut diprediksi ada sekitar 46 persen. Sehingga, saham berbasis syariah dari total kapitalisasi saham yang masuk di BEI dinilai cukup besar.
Performance dari saham-saham berbasis syariah itu, menurut dia bagus. Sehingga, pertumbuhan kapitalisasi saham berbasis syariah itu terus meningkat. Bahkan saham-saham blue chip di pasar modal seperti Telkom, Astra dan lain sebagainya banyak yang menawarkan produk berkategori syariah.
Mereka bisa masuk dan menawarkan saham dari produk berkategori syariah karena mekanismenya untuk masuk di pasar modal sama dengan yang bersifat konvensional. Apalagi, akhir-akhir ini banyak perbankan yang menawarkan produk syariah. "Seharusnya mereka juga go publik," katanya.
Karena itu, dia sangat optimistis perkembangan dan pertumbuhan pasar modal ke depan akan semakin besar. Alasannya, di luar negeri saja seperti Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah banyak yang tertarik menanam modalnya pada saham-saham berbasis syariah. "Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tentunya jadi potensi tersendiri. Sebab, trend ke depannya memang bagus," pungkasnya.