REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan Migas Indonesia terus mengalami defisit. Kebutuhan impor dalam negeri melebihi kemampuan ekspor yang semakin melemah. Alih-alih meningkatkan kas negara, neraca perdagangan migas malah menggerogoti devisa Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan posisi perdagangan Migas selalu net importir. Hal ini merupakan implikasi dari ketidakberdayaan kilang minyak Indonesia. "Karena itu kita selalu defisit neraca perdangan migas kita," ujarnya, Kamis (1/10).
Sepanjang Januari sampai dengan Agustus neraca perdagangan Migas defisit 452 juta dolar AS. Lebih ironis lagi untuk hasil minyak (BBM) defisitnya telah mencapai 8,865 miliar juta dolar. Namun neraca perdagangan migas masih sedikit terkompensasi dari gas sebesar 7,7876 miliar dolar AS.
"Kalau minyak mentah kita masih net eksportir walaupun sudah mulai tipis. Tapi untuk BBM ini kita masih net importir. Sepanjang Januari sampai Agustus bahkan kita sudah belanja 11,405 miliar dolar AS. Inilah yang hanya menggeroroti devisa kita," kata Rusman.