REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Guna merestrukturisasi dan merevitalisasi yang pada akhirnya menyehatkan 11 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian BUMN mengusulkan adanya suntikan dana kepada Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar Rp 2 triliun. Nantinya, tambahan dana tersebut akan dilakukan lewat Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Untuk menyehatkan beberapa perusahaan (BUMN), maka butuh (suntikan dana) Rp 2 triliun," kata Menteri BUMN, Mustafa Abubakar saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (22/9).
Dia menyebutkan setidaknya ada 11 BUMN yang harus disehatkan oleh PPA pada tahun depan. Adapun ke-11 BUMN tersebut, antara lain PT Kertas Kraft Aceh, PT PP Berdikari, PT Primissima, PT Industri Kapal Indonesia, PT Varuda Tirta Indonesia, PT Industri Sandang Nusantara dan PT Balai Pustaka.
Sebelumnya, PPA sudah menyehatkan 13 BUMN sakit pada tahun ini. BUMN yang sakit itu, antara lain adalah PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), PT PAL Indonesia, PT Industri Gelas, PT Waskita Karya, PT Djakarta Dloyd, PT Hotel Indonesia Natour. PPA menganggarkan dana sebesar Rp 3,206 triliun untuk menyembuhkan sejumlah perusahaan tersebut.
"Maka dari itu tadi telah disampaikan kembali kepada DPR. Tapi, tidak terlalu prinsipil untuk memperkuat lagi modal PPA," ujar Mustafa.
Sejauh ini, Kementerian BUMN masih mengkaji usulan PPA tersebut. Jika layak diberikan suntikan dana, nantinya direalisasikan pada tahun depan. Kementerian BUMN dengan Kementerian Keuangan akan mempertimbangkan bersama atas usulan PPA tersebut, layak atau tidak untuk dipertimbangkan. Sebelumnya, Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menuturkan untuk menyembuhkan 16 BUMN yang sakit, alangkah baiknya PPA ditambahkan modal.
Dengan begitu, PPA tidak akan ikutan 'sakit' seperti ke-16 BUMN yang disembuhkan karena minimnya modal. "Untuk membenahi masalah-masalah BUMN, menurut saya ada dua kemungkinan, yakni BUMN yang dibantu tidak sehat dan yang membantu (PPA) akan jatuh sakit. Orang sakit menolong orang sakit kan lucu. Saran kami memang ditambahkan lagi biar tidak susah," tutur Said.
Mengingat tahun ini tidak memungkinkan diberikannya suntikan modal buat PPA, ia mengatakan Kementerian BUMN tengah mengkaji untuk direalisasikan pada tahun depan. Said menguraikan salah satu poin kajian misalnya mempertimbangkan berapa besar nilai yang akan dikucurkan ke PPA. "Karena tahun ini tidak ada, 2011 kan belum ada. Saya perkirakan minimal diberikan sebesar Rp 1 triliun. Ini belum masuk APBN, maka harus ditambahkan," ujarnya.
Berbicara suntikan modal buat PPA, sebelumnya, pemerintah sudah mengucurkan Rp 1,5 triliun. Adapun sejumlah dana tersebut dikucurkan ke PPA untuk membenahi 16 BUMN yang sakit. Hanya saja, sejumlah dana tersebut dinilai Direktur Utama PPA Boyke Mukijat, belumlah cukup.