Kamis 19 Aug 2010 02:21 WIB

Pedagang Daging Mengeluh Sepinya Pembeli

Penjual daging sapi, (Ilustrasi)
Penjual daging sapi, (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Memasuki delapan hari puasa Bulan Ramadhan, penjual daging sapi dan ayam di Pasar Palmerah, Jakarta Barat mengeluhkan sepinya pembeli. "Mungkin karena sudah akhir bulan jadi sepi pembeli," ujar Sumini, pedagang ayam di Pasar Palmerah, Jakarta Barat yang menunggui dagangannya yang masih utuh, Rabu.

Sepinya pembeli memaksa beberapa pedagang menurunkan harga jual. "Kalau mau dapat untung harusnya dijual Rp 70-67 ribu, tapi karena nggak laku akhirnya dijual Rp65 ribu per kilo,"ujar Wahyu, penjual daging sapi di pasar Palmerah. Ia terpaksa merugi karena bila dijual diatas harga itu tidak ada pembeli.

Seorang pengecer daging sapi ke Pasar Palmerah yang ditemui mengatakan omzetnya turun hingga setengahnya. " Biasanya sehari saya dapat Rp 20 juta, tapi sekarang cuma Rp 10 juta," ujarnya. Daging ayam sendiri dijual dengan harga Rp 28 ribu, turun dari tiga hari sebelumnya yang dijual dengan harga Rp30 ribu per kilogram.

Para penjual sendiri belum bisa memperkirakan apakah menjelang Lebaran nanti harga daging akan naik atau tidak. " Biasanya memang naik, tapi kalau stok banyak mungkin saja harganya tetap," ujar Wahyu

Waspada Daging tak Layak

Sementara itu Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, E. Kusdiana, mengatakan permintaan daging dan ayam yang biasanya meningkat drastis selama puasa hingga Lebaran membuat konsumen harus berhati-hati. "Karena mungkin saja ada pihak yang memanfaatkan momentum ini untuk menjual ayam bangkai (tiren) dan daging gelonggongan,"ujarnya.

Dia mengatakan sampai sekarang pihaknya belum menemukan adanya ayam tiren dan daging gelonggongan yang beredar di wilayahnya. "Sebelum puasa kami melakukan razia dan belum menemukan adanya ayam tiren atau daging gelonggongan,"ujarnya.

Meski pada Lebaran lalu tidak ditemukan daging tak layak konsumsi beredar di masyarakat, namun Kusdiana mengimbau agar masyarakat berhati-hati membeli ayam maupun daging. Kusdiana mengatakan pihaknya tidak akan mengendurkan pengawasan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya peredaran daging ini.

"Kami bekerja sama dengan para pedagang daging, baik di pasar tradsional maupun modern. Bila ditemukan kasus peredaran ayam tiren atau daging gelonggongan mereka akan segera melapor," ujarnya.

Ia mengatakan selama ini para pedagang juga bersikap kooperatif, karena peredaran daging gelonggong maupun ayam tiren dapat mempengaruhi kepercayaan pembeli terhadap pasar tempat mereka berjualan.

Selain itu, pemerintah kota Jakarta Barat juga tetap melakukan razia bersama beberapa instansi terkait, seperti Dinas Perdagangan dan juga BP POM untuk mengantisipasi peredaran daging ini. "Kira-kira dua minggu sebelum Lebaran kami akan mulai menyisir pasar," ujarnya.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement