Sabtu 14 Aug 2010 04:39 WIB

Bantalan Anggaran Rp 2 Triliun Disiapkan Untuk Gejolak Pangan

Rep: thr/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah menyiapkan bantalan dana sebesar Rp 2 triliun untuk menghadapi gejolak harga pangan. Anggaran tersebut sudah dialokasikan dalam APBN P 2010 dan bisa digunakan sewaktu-waktu. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah menyiapkan dana kontigensi sebesar Rp 2 triliun, yakni 1 triliun untuk kesiapan cadangan beras dan Rp 1 triliun buat stabilisasi harga. "Untuk bantalan selalu disiapkan," ujar Hatta, Jumat (13/8).

Menurut Hatta, pemerintah terus memantau kenaikan harga yang terjadi saat ini. Pemerintah, kata dia, telah melakukan intervensi harga dengan melakukan operasi pasar. "Walau harga belum cepat turun tapi tetap dilakukan," paparnya.

Di satu sisi perlu diwaspadai terjadi kenaikan harga pangan dunia akibat perubahan iklim. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya saat ini tengah terjadi perubahan iklim ekstrem di dunia.

Di Rusia, kata Hatta, terjadi kekeringan akibat gelombang panas begitu juga dengan beberapa kawasan lain. Mereka membatasi ekspor gandumnya sehingga dapat berdampak bagi harga di pasaran internasional. "Kekurangan pangan ada tendensi harga pangan meningkat, dan ini bukan tidak mungkin mendorong harga dalam negeri akan meningkat," ujar Hatta, Kamis (12/8) petang.

Deputi Kementrian Koordiantor Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Dyah Maulida mengatakan kemungkinan penggunaan dana cadangan stabilisasi harga pangan memang cukup besar. Hal ini mengingat gangguan produksi dari sejumlah negara pengimpor gandum seperti Rusia dan Australia. "Produksi gandum dari Australia mundur, jadi kemungkinan harga naik memang besar," ujarnya.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengakui harga gandum di internasional memang melonjak pesat paska Rusia mengumumkan untuk tidak mengekspor gandumnya. Namun pihaknya sudah berbicara dengan Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia dan mereka mempunyai komitmen untuk tidak menaikan harga sampai dengan lebaran nanti. "Setelah lebaran akan dinilai lagi, karena mereka mempunyai komitmen harga gandum tidak akan naik sampai lebaran," kata Mari.

Siapkan Impor Gula

Sementara itu kemarau basah panjang yang terjadi di Indonesia diperkirakan berdampak kepada berkurangnya rendemen produksi gula. Menurut Mendag produksi gula tahun ini diperkirakan akan lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu. "Produksi tahun ini diproyeksikan lebih rendah dari tahun lalu karena rendemennya yang turun," ujarnya.

Meski demikian, Mari mengklaim kebutuhan stok gula masih cukup aman sampai dengan akhir tahun. Walaupun pemerintah tetap harus menyiapkan kekurangan stok gula untuk tahun depan. Karena itu, lanjut Mari, guna memenuhi kebutuhan itu pemerintah kemungkinan besar akan mengimpor gula.

Namun soal jumlahnya, jelas Mari, kini tengah dalam tahap finalisasi. "Ini yang impor gula kristal putih untuk konsumsi dalam negeri," terangnya. Dijelaskan oleh Mari, kebijakan impor gula hanya merupakan salah satu bentuk antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah. Apalagi pada saat ini sudah melewati masa giling. "Ini normal dan kita lakukan setiap tahun," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement