REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sepanjang semester pertama 2010, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 45,3 triliun. Perolehan laba bersih ini meningkat 18,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 38,3 triliun. PT Pertamina (Persero) masih memposisikan sebagai peraih laba bersih terbesar.
Adapun peningkatan laba bersih ini dipicu atas baiknya performa 10 BUMN. Sepanjang semester pertama 2010, tercatat 10 BUMN yang meraup laba bersihpaling besar, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Telkom (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT Pupuk Sriwijaya, dan Krakatau Steel.
"Secara total Pertamina yang memberi kontribusi yang paling besar. Peningkatan laba year on year dari semester pertama 2009 ke semester pertama 2010, ini belum audited. Dari Rp 38,3 triliun rupiah di 2009 menjadi Rp 45,3 triliun di 2010, naik 18,26 persen.. Itu totalnya, namun ada masing-masing sektornya," kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Kamis (12/8).
Berbicara BUMN per sektor, ia menyampaikan bahwa sektor perkebunan memperlihatkan performa paling bagus. Sepanjang semester pertama 2010, BUMN sektor perkebunan berhasil mencatatkan kenaikan laba hingga 16 kali lipat atau 1600 persen.
"Sektor yang paling bagus perkebunan itu naiknya tinggi sekali, tumbuhnya 16 kali lipat atau 1600 persen. Dari yang tadinya merugi Rp 21 miliar menjadi untung Rp 397,4 miliar. Ini semua karena harga dan produksi komoditas seperti karet, CPO, gula, dan minyak sawit bagus," ujar Said.
Tidak hanya sektor perkebunan yang tumbuh bagus, menurutnya sektor perbankan juga. Said menyebutkan terjadi pertumbuhan sebesar 36,26 persen di perbankan, dari Rp 7,8 triliun menjadi Rp 10,7 triliun. Disusul dengan sektor energi yang tumbuh 27,37 persen, dari Rp 15,1 triliun menjadi Rp 19,2 triliun.
"Sektor asuransi juga tumbuh 20,44 persen, dari Rp 2,5 triliun menjadi Rp 3,03 triliun. Laba pertambangan juga naik 49,89 persen dari Rp 1,85 triliun menjadi Rp 2,78 triliun," tukas Said.
Peningkatan laba juga terjadi pada sektor konstruksi sebesar 8,94 persen, dari Rp 213,2 miliar menjadi Rp 232,2 miliar. Termasuk juga, sektor industri strategis yang mencatatkan laba sebesar Rp 838 miliar, atau naik 176 persen dibandingkan tahun lalu yang merugi Rp 1,09 triliun. Bahkan, PLN berhasil meraup keuntungan. "Kan dia (PLN) dapat margin lima persen. Makanya dia bisa mendapatkan keuntungan," jelas Said.
Sayangnya, tidak semua BUMN berhasil meraup keuntungan. Ada beberapa sektor yang merosot, antara lain sektor telekomunikasi, aneka industri, percetakan, pertanian, kehutanan dan sarana angkutan.
"Laba sarana angkutan turun 56 persen dari Rp 702,8 miliar menjadi Rp 307,9 miliar. Sekarang sektor penunjang pertanian, termasuk pupuk turun sebesar 23 persen. Itu disebabkan oleh turunnya keuntungan perusahaan pupuk akibat stok dan larangan ekspor serta daya serap yang cuma 70 persen," jelas Said.