REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah mewaspadai kenaikan harga pangan internasional yang berdampak kepada kenaikan bahan makanan dalam negeri. Kenaikan tersebut disebabkan oleh perubahan iklim dunia.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, saat ini tengah terjadi perubahan iklim ekstrem di dunia. Di Rusia, kata Hatta, kini tengan terjadi kekeringan begitu juga dengan beberapa kawasan lain. "Kekurangan pangan ada tendensi harga pangan meningkat, dan ini bukan tidak mungkin mendorong harga dalam negeri akan meningkat," ujar Hatta, Kamis (12/8) petang.
Oleh karena itu, lanjut Hatta, pemerintah kini tengah mencermati perkembangan dunia yang terjadi saat ini. Sambil mewaspadai itu, menurut dia, hendaknya produktifitas dalam negeri ditingkatkan. "Kita ingin stabilkan harga pangan," kata Hatta.
Mantan Mensesneg itu mengatakan, pemerintah melakukan pemantauan baik yang sifatnya daily report atau weekly report. "Untuk yang pekanan bahkan kita lakukan rapat setiap Rabu," tukas Hatta.
Sementara Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, kalau harga gandum naik, jagung biasanya juga akan mengalami kenaikan, begitu pula kedelai. Harus diakui, kata Mari, pemerintah Rusia kini tengah membatasi ekspor gandumnya. "Mereka lebih menyetok untuk kebutuhan dalam negeri sendiri," ujarnya.
Namun begitu, pemerintah sudah melakukan pembicaraan dengan Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia. Mereka berjanji untuk tidak menaikkan harga sampai dengan lebaran nanti. "Kita sudah siapkan dana kontigensi untuk mengantisipasi kenaikan pangan dan sudah dianggarkan dalam APBN," jelasnya.