Rabu 21 Jul 2010 04:16 WIB

INACA Desak Pemerintah Pehatikan Kepadatan Bandara Soekarno Hatta

Rep: cep/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Terkait sudah padatnya bandara Soekarno Hatta, Asosiasi Angkutan Udara Nasional Indoensia (INACA) meminta perhatian serius dari sejumlah pihak terkait, khususnya Angkasa Pura dan Kementerian Perhubungan. Sekjen INACA, Teuku Burhanuddin mengakui kapasitas bandara Soekarno-Hatta saat ini sudah jauh melebihi kapasitas. ''Kepadatan penumpang maupun pesawat terutama di Terminal 1 memang sudah padat sekali melebihi kapasitas. Ini tentunya menjadi masalah besar karena tentunya baik penumpang maupun maskapai tidak merasa nyaman,''kata Teuku saat dihubungi Republika, Selasa (20/7).

Untuk maskapai penerbangan. kata Teuku, hal yang paling dikeluhkan adalah masalah parking. ''Sekarang sudah mulai penuh, ini sudah saatnya menjadi perhatian karena akan merugikan perusahaan penerbangan,'' kata dia. Selain itu di runway pun sudah sangat padat sehingga perlu dipikirkan runway baru.

Teuku menambahkan, untuk Terminal 1 A dan B yang sudah cukup padat, kalau pun akan direnovasi tidak bisa sebagian-sebagian. Yang penting lagi untuk diperhatikan, kata dia, kemampuan bandara yang melebihi kapasitas ini akan benar-benar merugikan maskapai penerbangan. ''Untuk tempat parkingnya, penerbangan itu akhirnya sering delay sehingga terlambat, ini merugikan penerbangan secara financial dan image seolah-olah maskapai tersebut yang selalu delay,'' kata dia.

Untuk itu, kata Teuku, perlu dihitung slot time koordinasi yang benar. Teuku pun mengakui, kepadatan ini bukan hanya di Cengkareng saja. ''Yang lain sudah mulai terasa padat, Yogya, Bali, Surabaya, Jayapura, Balikpapan semua bandara sudah terasa padatnya,'' kata Teuku.

Menurut dia, jika pemerintah tidak merencanakan yang baik maka dalam lima tahun ke depan akan menjadi masalah delay yang berkepanjangan. Teuku mengungkapkan, kerugian finansial yang dalami maskapai adalah saat mereka harus holding ketika akan melakukan pendaratan. ''Karena landingnya rebbutan, banyak yang nunggu akhirnya harus holding, dan biaya saat holding itu cukup mahal,'' kata dia.

Teuku mengilustrasikan, dengan asumsi biaya terang satu jam sekitar Rp 60 juta jika ditambah holding sekitar sepuluh menit maka satu pesawat setidaknya mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp6 juta untuk bahan bakar. ''Sekarang jika setiap hari ada 10 pesawat yang holding dengan rata-rata sepuluh menit, di kalikan 30 hari, berarti dalam sebulan ada sekitar Rp 1,8 miliar yang terbuang gara-gara holding ini,'' kata Teuku

Keluhan ini lanjut Teuku sudah muai terasa. ''Saat ini pesawat tiap tahunnya ada sekitar lima yang baru, dan semakin lama makin banyak, dan rata-rata pesawat yang ke Cengkareng adalah pesawat dengan kapasitas 200 seater,'' kata dia.

Menurut Teuku, untuk mengatasi hal ini harus ada perencanaan jangka pendek dan panjang. ''Ini enggak bisa ditunggu-tunggu lagi harus sudah disiapkan,'' kata dia.

Namun, hal ini diakuinya tergantung Angkasa Pura II. Meski demikian diakui Teuku, Angkasa Pura juga tergantung pemegang sahamnya.''Kita imbau intinya Angkas Pura jangan cari untung yang banyak dulu, investasi dulu untuk pelayanan, baru nyari untung,''tandas Teuku. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement