REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—PT Pertamina (Persero) menggandeng Kuwait Petroleum Corporation (KPC), perusahaan migas asal Kuwait, untuk ekspansi kilang di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Proyek ‘joint venture’ tersebut tersebut diperkirakan menelan dana sekitar 8-9 miliar dolar AS.
“Nilai proyek di Balongan itu sekitar 8-9 miliar dolar AS. Untuk kapasitas produksi 300 ribu barrel per hari,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat ketika ditemui di kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Kamis (15/7) malam.
Ia menyatakan pemerintah mengusulkan agar Pertamina bertindak sebagai pemegang saham mayoritas untuk proyek tersebut. Hidayat mengatakan penandatanganan MoU antara Pertamina dengan KPC dilakukan akhir bulan ini.
“MoU-nay dipastikan akhir Juli ini. Biasanya kalau sudah ditandatangani, enam bulan kemudian ‘joint venture’ bisa berjalan. Pembicaraan komposisi sahamnya akan diatur minggu depan. Kami usulkan porsi saham Pertamina 51 persen,” jelas Hidayat.
Berbicara pendanaan kilang Balongan, ia menuturkan hal itu akan dilangsungkan minggu depan. Mengingat potensi kilang Balongan yang ‘feasible’, Hidayat berujar skema pendanaan tidaklah sulit. “Financing bisa dicari kalau proyeknya ‘feasible’. Bisa lewat penerbitan ‘bond’ atau sindikasi loan,” ujar Hidayat.
Adapun hasil produksi kilang Balongan ini nantinya diutamakan untuk kepentingan dalam negeri. Selain memproduksi BBM, lanjut Hidayat, kilang Balongan dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan produk turunan, yakni nafta (produk turunan minyak bumi). Nantinya, produk turunan tersebut dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimia.
Selain KPC, Hidayat menyebutkan bahwa ada mitra lain dari luar negeri yang berminta kerjasama dengan Pertamina. Ia menyontohkan Saudi Aramco, perusahaan migas asal Saudi Arabia, untuk ekspansi kilang Pertamina di Tuban, Jawa Timur. Tidak ketinggalan, perusahaan migas asal Iran juga berminat kerjasama untuk kilang Pertamina yang di Banten.