Selasa 29 Jun 2010 02:32 WIB

Sawah Hemat Air Sukses Tingkatkan Produktivitas

Rep: EH Ismail/ Red: Budi Raharjo
Sawah, ilustrasi
Sawah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Padi merupakan tanaman semusim yang unik. Keunikannya terletak pada kemampuan hidup atau tumbuh di dalam kondisi hidrologi, jenis tanah, dan iklim yang berbeda. Selain itu, padi juga satu-satunya tanaman serealia yang tumbuh di lahan basah.

Perubahan iklim yang terjadi di dunia turut mengancam produktivitas padi. Penyebabnya tak lain karena semakin menurunnya ketersediaan air. Sadar akan ancaman di depan, sejak dua tahun lalu, Kementerian Pertanian menggagas program persawahan bertajuk System of Rice Intensification (SRI) atau dikenal dengan istilah Sawah Hemat Air.

Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Kementerian Pertanian, Hilman Manan, mengatakan, SRI sejatinya sistem pola tanam padi dengan pengaturan suplai air yang efisien. Di negara-negara dengan tingkat ketersediaan air yang minimal dan jaringan irigasi yang kurang baik, pola tanam padi SRI sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

Hasil evaluasi selama dua tahun menunjukkan, pola tanam padi SRI atau Sawah Hemat Air justru mampu meningkatkan produktivitas mencapai 40 persen. ''Sebelum menerapkan SRI, rata-rata produksinya hanya enam sampai tujuh ton per hektare. Sekarang produksi padi SRI mencapai selapan sampai 11 ton per hektare,'' ujar Hilman Manan kepada Republika, Senin (28/6).

Dia memaparkan, terhitung sejak 2008 sampai saat ini, lahan sawah yang menerapkan SRI mencapai 6.935 hektare dengan produksi padi paling sedikit 7,8 ton per hektare dan paling tinggi 11,8 ton per hektare. Sawah-sawah yang mengaplikasikan SRI tersebar di 86 kabupaten dan 24 provinsi se Indonesia. ''Ini dari beragam varietas dan penggunaan pupuk. Kalau diklasifikasikan lagi, sawah SRI yang 100 persen pakai pupuk organik, produktivitasnya makin tinggi,'' jelas Hilman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement