Rabu 23 Jun 2010 03:52 WIB

Volume PUAB Meningkat, Tapi Spread Suku Bunga Naik Tipis

Rep: ann/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-–Bank Indonesia (BI) menyatakan volume pasar uang antar-bank (PUAB) mengalami peningkatan pasca penerbitan paket enam kebijakan moneter BI. Per 18 Juni 2010, volume pasar uang meningkat Rp 1,49 triliun. BI berharap paket kebijakan ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan efisiensi perbankan.

‘’Sehari setelah pemberlakuan pelebaran koridor, volue PUAB naik dari Rp 4,97 triliun menjadi Rp 6,46 triliun,’’ kata Kepala Biro Humas BI, Difi A Johansyah, Selasa (22/6). Pelebaran koridor PUAB – dari 100 bps menjadi 200 bps – efektif berlaku mulai 17 Juni 2010.

Salah satu butir dalam paket kebijakan moneter yang diluncurkan BI pada 16 Juni 2010 adalah pelebaran koridor PUAB. Yaitu dengan menurunkan suku bunga Fasilitas BI (Fasbi) over night (O/N) dari semula 6 persen menjadi 5,5 persen, dan menaikkan suku bunga repo O/N dari semula 7 persen menjadi 7,5 persen.

Sebelumnya Direktur Riset Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Perry Warjiyo mengatakan pasar menyambut positif paket kebijakan ini. Kenaikan volume PUAB merupakan salah satu indikatornya.

Perry mengatakan pelebaran koridor ini bukan relaksasi kebijakan moneter. ‘’Operasi moneter yang dilakukan BI selama ini dan ke depan, tetap operasi moneter yang diarahkan menjaga suku bunga PUAB begerak di sekitar BI rate,’’ kata Perry, Senin (21/6). Instrumen yang dipakai, sebut dia, tetaplah fine tuning operation.

Sedangkan pelebaran suku bunga, kata Perry, lebih dimaksudkan agar transaksi PUAB lebih banyak berkembang. Menurut dia, sebelumnya PUAB juga sudah mulai berkembang ketika BI menerapkan perpanjangan profil sertifikat BI (SBI) dan menggelar lelang SBI hanya satu bulan sekali. Kebijakan tersebut berlaku efektif per 1 Juni 2010. ‘’(Sebagai perbandingan), rata-rata harian volume PUAB Januari 2010 adalah Rp 7 triliun dan sekarang (posisi 21 Juni 2010, red) Rp 10 triliun,’’ papar dia.

Perry juga menyatakan bahwa PUAB merupakan langkah pertama yang disasar BI. Selanjutnya, sebut dia, kebijakan ini akan berdampak pada suku bunga simpanan, suku bunga kredit, dan pada akhirnya pergerakan ekonomi.

Hal ini senada dengan pernyataan Pjs Gubernur BI Darmin Nasution. Akhir pekan lalu dia menyatakan pelebaran koridor PUAB ini bertujuan memberikan keleluasaan yang lebih kepada perbankan untuk mengelola likuiditasnya. ‘’Setelah PUAB berkembang dan perbankan lebih leluasa mengelola likuiditas, selanjutnya adalah kredit,’’ kata dia.

Data dari BI sebagaimana disampaikan Difi, mendapatkan hingga pekan ketiga Juni 2010 perbankan cenderung menurunkan suku bunga. ‘’Baik rupiah maupun valuta asing, kecuali suku bunga deposito satu bulan yang naik 2 bps,’’ kata dia.

Dengan tren ini, tambah Difi, spread suku bunga rupiah menyempit dari 6,02 persen menjadi 5,96 persen. Suku bunga dasar kredit (SBDK) rupiah turun dari 12,54 persen menjadi 12,5 persen. Sedangkan SDBK valuta asing turun dari 5,39 persen menjadi 5,37 persen. Sedangkan suku bunga deposito satu bulan naik dari 6,52 persen menjadi 6,54 persen, sementara suku bunga valuta asing turun dari 1,24 menjadi 1,23 persen.

Dengan data pekan ketiga tersebut, maka nett interest margin (NIM) perbankan untuk denominasi rupiah adalah 6 persen. Sementara, hingga akhir Mei 2010, NIM rupiah adalah 5,93 persen. Meskipun, NIM pekan ketiga Juni 2010 ini masih lebih rendah dari NIM April 2010 yang berada pada level 6,03 persen.  ann

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement