Rabu 02 Nov 2022 01:00 WIB

Industri Logistik Indonesia Dipermudah dengan Digitalisasi Logee

Pelaku sektor logistik dituntut harus memahami berbagai perkembangan.

FGD terkait industri logistik.
Foto: Istimewa
FGD terkait industri logistik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri logistik Indonesia terus berdenyut pasca-pandemi Covid 19.  Setelah vakum di awal 2020 karena pembatasan mobilitas, tapi September 2020 mulai terasa nadinya, sebagaimana data dari Badan Pusat Statistik (BPS). 

BPS mencatat nilai ekspor yang disokong sektor logistic per September 2020 14,01 miliar dolar Amerika atau naik 6,97 persen dibandingkan Agustus 2020, dengan nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar 11,56 miliar dolar Amerika. Sebelumnya, periode Maret-Agustus 2020, penurunan mencapai 80 persen.  

Terkait integrasi digital, pelaku sektor logistik dituntut harus memahami berbagai perkembangan guna dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha. Perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan di antaranya big data analytics, artificial intelligence, internet of things, cloud logistics, serta robotics & automation.

Salah satu pelaku logistik yang telah mendigitalisasikan layanan tersebut adalah Logee, dengan fitur andalannya yakni pasar loka (marketplace) untuk armada truk dengan merek Logee Trans. 

Logee Trans hadir sebagai platform antar perusahaaan (B2B) untuk mempertemukan kebutuhan dan pasokan pemilik barang dan pemilik armada, dengan dua produk andalan eksisting: Logee Truck Apps dan Ecologee Web (Logee Port).

Menurut Head of Logee Trans Logee Trans, Dumoli HM Sirait, aplikasi Logee menyediakan fitur yang bisa diandalkan pemilik kargo dengan pemilik armada truk guna menginput dan menyimpan rute pengiriman rutin. 

Selain itu, kata dia, mampu mengestimasi waktu kiriman tiba, menjadwalkan pengiriman secara berkala, melacak muatan yang dikirim, metode pembayaran yang beragam, sampai pelaporan order kiriman (baik format excel maupun PDF).

“Sebagai platform yang dikembangkan anak bangsa, Logee Trans memiliki visi menjadi platform yang netral dan aman yang mengutamakan kepentingan para pemilik barang dan pemilik truk dalam ekosistem pengangkutan barang di Indonesia. Ke depan, agar lebih baik segalanya, kami juga akan full menjadi perusahaan DigiCo dengan melepas saham ke publik,” ujar Dumoli dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (25/10). 

Sebagai aplikasi, kata dia, Logee Trans menyasar perusahaan-perusahaan yang ingin dimudahkan dalam pengiriman barang, dan juga para pemilik armada yang menginginkan kemudahan mendapatkan order untuk meningkatkan produktivitas bisnis, efisiensi dan efektivitas.

Karenanya, kata dia, selain aplikasi pengembangan aplikasi yang user friendly, Logee Trans juga fokus pada model bisnis dan skema pembayaran yang saling menguntungkan, khususnya dalam industri 4.0 di segmen pengangkutan barang. 

“Model bisnis Logee Trans Truck Marketplace terdiri dari dua jenis. Pertama Pay As You Use yakni penggunaan aplikasi sebagai marketplace B2B, di mana Logee Trans memberikan akses kemudahan, kecepatan, transparan, dan ringkas mencari armada guna mendapatkan muatan yang dilengkapi fitur-fitur digitalisasi,” paparnya. 

Kedua, kata dia, adalah Charge Per Transaction yakni Logee Trans memberikan akses kemudahan, kecepatan, transparan, dan ringkas mencari armada namun dengan model pembayaran yang cepat kepada pemilik armada serta memberikan term of payment kepada pemilik barang akan dibebankan charge fee.

Kedua model bisnis ini, kata dia, memberikan fleksibilitas, baik kepada pemilik kargo dan pemilik truk, dalam melakukan transaksi. Skema pembayaran Logee Trans Truck Marketplace sendiri ada tiga yakni Internal B2B, Non 4th PL, dan 4th PL. 

Dumoli menjelaskan, internal B2B yakni pembayaran transaksi dilakukan pemilik kargo ke pemilik truk sesuai kesepakatan B2B yang telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya dan tanpa melalui pendanaan dari pihak ketiga Logee Trans.

Non 4th PL adalah pembayaran dilakukan pemilik kargo ke pemilik truk sesuai transaksi dalam aplikasi Logee Trans Truck Marketplace melalui pendanaan dari pihak ketiga (mitra SCF Logee Trans), yang mana pemilik kargo langsung mendaptkan pembiayaan untuk membayar kepada mitra Logee Trans.

“Skema terakhir adalah pembayaran transaksi dilakukan pemilik kargo kepada pemilik truk sesuai transaksi dalam aplikasi Logee Trans Truck Marketplace melalui pendanaan langsung dari Logee Trans, sehingga pemilik kargo itu bayar ke Logee Trans,” katanya. 

Dengan dua model bisnis yang digabung dengan tiga skema pembayaran tersebut, pihaknya mengklaim bisa memberikan kemudahan kepada pemilik kargo dan truk untuk melakukan pengiriman barang sehingga produktivitas akan meningkat. 

Sedangkan Logee Port, kata dia, adalah platform terintegrasi dengan Logee Truck dan sistem di Pelabuhan Peti Kemas (PPK) yang hadir dalam menjawab kebutuhan digitalisasi pengurusan kontainer di Pelabuhan hingga pemesanan armada yang lebih cepat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement