Ahad 03 Jan 2021 13:38 WIB

Kemenhub Upayakan Percepatan Bongkar Muat Petikemas

Untuk percepatan bongkar muat, Kemenhub meminta dukungan stakeholder terkait.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (ilustrasi). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengupayakan percepatan proses bongkar muat di pelabuhan.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (ilustrasi). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengupayakan percepatan proses bongkar muat di pelabuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengupayakan percepatan proses bongkar muat di pelabuhan. Akibat pandemi Covid-19, biaya pengangkutan peti kemas atau biaya kargo secara global telah naik tajam sehingga berpengaruh pada upaya perbaikan kinerja industri pelayaran dan perekonomian nasional.

"Dampaknya, hampir di semua negara harga sea freight dengan kontainer naik signifikan, waktu pelayaran lebih lama, terjadi penumpukan kontainer di pelabuhan, dan bongkar muat di pelabuhan pun lebih lama," kata Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Agus H Purnomo, Sabtu (2/1).

Baca Juga

Untuk itu, Agus memastikan, Kemenhub menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu kesulitan yang dialami industri pelayaran. Pertama, kata dia, Kemenhub akan mengawasi percepatan proses bongkar muat sehingga petikemas dapat segera didistribusikan dan kapal bisa berlayar kembali.

Langkah selanjutnya, Kemenhub akan mempercepat petikemas segera keluar dari pelabuhan. Dengan begitu, kontainer segera dapat kembali ke depo dengan cepat.

Agus menilai, agar langkah tersebut efektif, Kemenhub berharap kementerian dan lembaga negara terkait melakukan percepatan yang sama. "Kami imbau kementerian terkait bisa mendukung upaya yang dilakukan Kementerian Perhubungan, yaitu mempercepat proses pengeluaran long stay container di pelabuhan," kata Agus.

Dia juga mengharapkan, operator pelayaran jalur utama atau main line operator (MLO) tetap dapat memberi ruang muat dari Indonesia untuk tujuan ekspor. Agus mengharapkan, MLO dapat menyediakan peti kemas 40 high cube.

Agus juga meminta perusahaan pelayaran dalam negeri, khususnya yang tergabung dalam INSA mengambil peluang untuk memanfaatkan ruang muat pelayaran luar negeri yang berkurang. "Kami juga menghimbau perusahaan eksportir melakukan substitusi dengan memakai peti kemas 20 feet," ujar Agus.

Saat ini, sejumlah negara telah menjalankan kebijakan penutupan lantaran pandemi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pembatasan pergerakan orang, barang, hingga pergerakan kapal sehingga tidak sedikit perusahaan pelayaran yang mengurangi kegiatannya untuk menekan biaya operasional dan menstabilkan ongkos pengangkutan.

Industri pelayaran global mulai menggeliat mulai Juli 2020, ketika China mulai menaikkan frekuensi ekspor. Hanya saja, aktivitas di China tidak secara langsung memulihkan industri pelayaran global.

Sebab, pengiriman kontainer masih terbatas lantaran sejumlah negara masih menjalankan kebijakan pembatasan wilayah atau lockdown. Sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas bongkar muat juga masih terbatas, sehingga keterlambatan dalam pengiriman dan pengumpulan kontainer pun terjadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement