REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur utama tertinggi sejak Februari 2025, tercatat 53,3 pada November 2025. Dilansir S&P Global, Senin (1/12/2025), kondisi operasional dalam ekonomi manufaktur Indonesia membaik untuk bulan keempat berturut-turut selama November.
Laju ekspansi meningkat disebabkan oleh kenaikan kembali volume output dan pertumbuhan pesanan baru tercepat sejak Agustus 2023. Data menunjukkan bahwa perbaikan permintaan dipimpin oleh pasar domestik, karena pesanan ekspor baru turun pada laju yang kuat dan menjadi yang paling tajam dalam 14 bulan.
Ekonom di S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti menyampaikan data survei bulan November menunjukkan bulan yang positif bagi kesehatan ekonomi manufaktur Indonesia. Kenaikan lebih kuat dalam penerimaan pesanan baru berkontribusi pada kenaikan kembali level produksi, dengan pertumbuhan pesanan baru meningkat pada laju tercepat sejak Agustus 2023.
“Perusahaan merespons beban kerja yang lebih tinggi dengan meningkatkan level pembelian dan ketenagakerjaan, serta mencatat adanya tekanan kapasitas melalui kenaikan backlog yang paling kuat sejak September 2021," katanya.
Perbaikan kondisi permintaan secara keseluruhan juga berkontribusi pada kenaikan tenaga kerja, backlog, dan aktivitas pembelian. Namun, ekspektasi pertumbuhan untuk tahun mendatang melemah sejak Oktober, dengan kepercayaan bisnis berada pada posisi terendah empat bulan. Meskipun demikian, perusahaan tetap optimistis secara keseluruhan bahwa produksi akan terus meningkat.
Di sisi harga, inflasi harga input meningkat dibandingkan periode survei sebelumnya, dan mencapai level tertinggi sejak Februari. Akibatnya, harga output dinaikkan pada laju tercepat sejak April 2024.
PMI Manufaktur Indonesia S&P Global, sebagai indikator utama, kembali berada di atas level netral 50,0 untuk bulan keempat berturut-turut. Pada angka 53,3 di November, indeks naik dari 51,2 pada Oktober, menandakan perbaikan yang lebih kuat dan solid terhadap kondisi kesehatan sektor manufaktur Indonesia.
Pendorong utama ekspansi November adalah kenaikan lebih kuat pada pesanan baru. Laju pertumbuhan ini tajam dan menjadi yang paling curam sejak Agustus 2023. Para panelis melaporkan bahwa peningkatan tersebut umumnya mencerminkan bertambahnya jumlah pelanggan. Permintaan yang lebih tinggi tampaknya didorong oleh ekonomi domestik, karena terjadi penurunan pesanan ekspor baru yang berlanjut dan semakin kuat, serta menjadi yang paling tajam dalam 14 bulan.
Sebagai dampak, terdapat kenaikan kembali pada level produksi selama November untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Selain itu, ekspansi tersebut menjadi yang tercepat sejak Februari. Produsen juga menyebutkan bahwa kenaikan level produksi membantu mereka meningkatkan persediaan barang jadi untuk persiapan terhadap potensi kenaikan permintaan yang berkelanjutan.
“Perusahaan manufaktur juga mencatat bahwa tekanan harga meningkat pada bulan kedua terakhir tahun ini. Inflasi biaya berada pada level tertinggi sembilan bulan di tengah meningkatnya harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar yang tidak menguntungkan. Biaya yang meningkat sebagian dialihkan kepada pelanggan, dengan inflasi harga output mencapai level tertinggi dalam 19 bulan,” katanya.
Sejalan dengan tren pesanan baru, backlog pekerjaan meningkat pada November, menandai pertama kalinya dalam delapan bulan terjadi akumulasi. Laju akumulasi backlog tersebut solid dan menjadi yang paling kuat dalam lebih dari empat tahun. Akibatnya, perusahaan meningkatkan tingkat ketenagakerjaan untuk bulan keempat berturut-turut, meskipun laju penciptaan lapangan kerja sedikit melambat dibandingkan Oktober.
Aktivitas pembelian meningkat pada laju solid selama November, dengan perusahaan mengaitkan hal ini dengan kebutuhan produksi yang lebih tinggi. Bukti anekdotal juga menunjukkan bahwa perusahaan berupaya mempertahankan stok input yang cukup untuk produksi, sehingga menyebabkan akumulasi stok pembelian yang paling kuat dalam delapan bulan.
Namun demikian, terdapat laporan tekanan tambahan pada pemasok, karena waktu pengiriman input kembali memanjang untuk bulan kedua berturut-turut, disebabkan kemacetan jalan serta kondisi cuaca buruk. Bahkan, keterlambatan pengiriman menjadi yang paling parah sejak Oktober 2021.
Produsen barang Indonesia mencatat peningkatan harga input dalam periode survei terbaru. Laju inflasi ini tajam, dan mencapai level tertinggi sejak Februari. Kenaikan harga ini umumnya dikaitkan dengan meningkatnya biaya bahan baku dan fluktuasi nilai tukar yang turut meningkatkan harga barang impor. Perusahaan berupaya membebankan kenaikan biaya input ini kepada pelanggan dengan menaikkan harga pabrik pada tingkat tertinggi dalam lebih dari satu setengah tahun.
Ke depan, produsen Indonesia menyatakan optimisme terhadap prospek tahun mendatang. Tingkat kepercayaan tersebut kuat, tetapi menurun tajam dari Oktober dan berada di antara level terendah sejak seri ini dimulai pada April 2012. Optimisme didorong oleh harapan akan berlanjutnya kekuatan permintaan, disertai dengan meningkatnya daya beli pelanggan.
Ekonomi domestik menjadi pendorong utama permintaan menjelang akhir 2025, sementara perusahaan mencatat penurunan pesanan ekspor baru yang lebih tajam.