REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesenjangan antara kelas menengah dan kaum kaya tidak hanya ditentukan oleh besarnya pendapatan. Lebih jauh, ada perbedaan pola pikir dan kebiasaan sehari-hari yang membentuk cara mereka bekerja, mengelola uang, memanfaatkan waktu, dan mengambil keputusan.
Sementara kelas menengah cenderung mengikuti jalur tradisional, kaum kaya membangun sistem yang menghasilkan uang tanpa kehadiran mereka, menambah aliran pendapatan, mengutamakan investasi, serta terus belajar untuk meningkatkan kapasitas diri.
Perbedaan inilah yang secara perlahan namun konsisten menciptakan jarak finansial yang semakin lebar. Memahami perbedaan ini bukan tentang menilai salah satu kelompok.
Ini tentang mengenali pola yang menghasilkan hasil finansial yang berbeda. Kebiasaan yang membedakan kedua kelompok ini biasanya terbentuk sejak dini dan begitu mengakar sehingga seseorang tidak sadar bahwa ia sedang mengikuti pola tertentu.
Dilansir New Trader U, Jumat (14/11/2025), kebiasaan ini bukan rahasia. Ini perilaku yang bisa diamati dan dipelajari siapa saja, meski membutuhkan perubahan pola pikir dan disiplin harian.
1. Menjual Waktu vs. Membangun Sistem
Kelas menengah umumnya menukar waktu dengan uang melalui pekerjaan. Mereka bekerja sejumlah jam dan menerima gaji yang setara dengan jam tersebut. Jika tidak bekerja, mereka tidak menghasilkan. Cuti sakit dan liburan berarti kehilangan kesempatan menghasilkan, meski ada cuti berbayar.
Kaum kaya memandang waktu secara berbeda. Mereka membangun sistem dan berinvestasi pada aset yang menghasilkan uang meski mereka tidak sedang bekerja. Properti sewa menghasilkan pemasukan selama dihuni. Portofolio investasi tumbuh melalui dividen dan kenaikan nilai pasar. Bisnis berjalan dengan manajer dan karyawan yang mengurus operasional.
Mereka memutus hubungan langsung antara jam kerja dan pendapatan.
Perbedaan ini juga terlihat pada penggunaan waktu luang. Kelas menengah cenderung menggunakan waktu bebas untuk beristirahat, menonton TV, atau hiburan pasif. Kaum kaya menggunakan waktu luang untuk membangun keterampilan, memperluas jejaring, dan mencari peluang investasi baru. Bagi mereka, waktu adalah aset paling berharga.