Jumat 17 Oct 2025 14:16 WIB

Siap Jadi Pusat Energi ASEAN, Indonesia Dorong Integrasi Listrik Regional

Indonesia telah menjalin kerja sama interkoneksi kelistrikan dengan Malaysia.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyatakan, meningkatnya kebutuhan energi di negara-negara ASEAN menjadi momentum bagi Indonesia tampil sebagai hub energi regional.
Foto: Kementerian ESDM
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyatakan, meningkatnya kebutuhan energi di negara-negara ASEAN menjadi momentum bagi Indonesia tampil sebagai hub energi regional.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Indonesia menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam mewujudkan integrasi kelistrikan kawasan Asia Tenggara melalui program ASEAN Power Grid (APG).

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyebut, meningkatnya kebutuhan energi di negara-negara ASEAN menjadi momentum bagi Indonesia untuk tampil sebagai hub energi regional.

“Adanya integrasi antar grid di ASEAN, dari sisi petanya kita sudah melihat ini bisa dilakukan karena kebutuhan energi untuk ASEAN ke depan itu akan terjadi peningkatan. Dengan peningkatan signifikan, Indonesia harus siap menjadi hub energi untuk ASEAN," ujar Yuliot usai menghadiri 43rd ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) & Associated Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (16/10/2025).

Indonesia saat ini telah menjalin kerja sama interkoneksi kelistrikan dengan Malaysia. Impor listrik dari negara tetangga itu dilakukan untuk daerah di Kalimantan yang berdekatan dengan wilayah perbatasan kedua negara.

Yuliot menjelaskan, total impor energi listrik dari Malaysia mencapai sekitar 200 megawatt (MW). “Ini kan sudah berjalan dan juga ini lagi perpanjangan perizinan dan itu juga kita lakukan fasilitasi," terangnya.

Dukung melalui RUPTL dan investasi nasional

Menurut Yuliot, penguatan jaringan listrik ASEAN akan ditopang melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dalam sepuluh tahun ke depan,

Indonesia menargetkan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 48.000 kilometer sirkuit (kms), yang tidak hanya mendukung sistem nasional tetapi juga konektivitas listrik antarnegara ASEAN.

Selain itu, pemerintah telah memetakan peluang investasi untuk proyek Power Grid senilai Rp 600 triliun. Nilai ini tidak hanya berasal dari pendanaan pemerintah, tetapi juga dari sektor swasta.

"Kebutuhan investasi kita sudah petakan, total investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 600 triliun. Itu tentu bukan hanya dari Pemerintah tetapi juga bagaimana kita mendorong swasta untuk bisa berinvestasi juga di national grid dan juga bagaimana integrasi antar ASEAN. Jadi ini kita membuka peluang investasi untuk itu," jelasnya.

Dalam forum AMEM ke-43, Indonesia juga menekankan pentingnya menjalankan transisi energi di kawasan ASEAN secara adil, teratur, dan inklusif.

Yuliot menegaskan, setiap kebijakan energi harus mempertimbangkan kondisi nasional masing-masing negara serta memperhatikan keterkaitan antara sektor energi, ekonomi, dan lingkungan.

"Indonesia juga mendorong upaya transisi energi yang terus memprioritaskan ketahanan dan keterjangkauan energi, di samping keberlanjutan. Sehingga tidak ada negara anggota yang tertinggal," sambungnya.

Di bawah kepemimpinan Malaysia, pertemuan AMEM ke-43 berhasil meraih sejumlah capaian penting dalam Priority Economic Deliverables (PEDs) 2025. Salah satunya, pengesahan Nota Kesepahaman yang disempurnakan tentang ASEAN Power Grid (APG), yang bertujuan memperkuat interkoneksi kelistrikan di kawasan.

Dengan langkah ini, Indonesia semakin mempertegas posisinya sebagai penggerak utama kerja sama energi ASEAN, sekaligus bagian dari upaya menuju ASEAN Community Vision 2045.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement