REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkap pentingnya implementasi program ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan dan ketahanan pangan nasional. Trenggono menjelaskan, ketahanan pangan bersumber dari tiga hal, karbohidrat, lemak dan protein. Khusus untuk protein, salah satunya berasal dari produk perikanan.
Merujuk data perdagangan yang selalu surplus, produk perikanan dinilainya sebagai sumber ketahanan pangan yang paling kuat. "Silakan diriset, laut dapat menjadi jawaban untuk mengatasi permasalahan pangan yang dunia sedang hadapi saat ini," ucap Trenggono.
Untuk mengoptimalkan potensi serta menghadapi tantangan yang ada, Trenggono menyatakan semua harus mulai menyadari pentingnya menempatkan ekologi sebagai panglima. Trenggono menegaskan pentingnya ekologi sebagai panglima telah menjadi perhatian KKP yang diimplementasikan melalui lima kebijakan Ekonomi Biru.
Kelima program ekonomi biru tersebut, yakni pertama perluasan kawasan konservasi laut, kedua penangkapan ikan terukur (PIT) berbasis kuota, ketiga pengembangan budi daya perikanan di pesisir darat dan laut.
Sektor kelautan dan perikanan mampu berkontribusi maksimal pada sistem ketahanan pangan nasional. Sektor tersebut rata-rata per tahunnya mampu menghasilkan lebih dari 20 juta ton produk, yang bersumber dari hasil tangkapan sekitar 7 juta ton, budi daya sebesar 5-6 juta ton, serta rumput laut di kisaran 9 juta ton.
"Melalui kebijakan ekonomi biru, produktivitas tersebut terus ditingkatkan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), termasuk kualitas dan mutu produk yang dihasilkan," ujar Trenggono.
Menteri Trenggono optimistis, pengelolaan sektor kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan akan berkontribusi maksimal pada pencapaian target swasembada pangan yang sudah ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
