Selasa 30 Sep 2025 14:44 WIB

Empat Poin Penting Pertemuan Wamentan RI Sudaryono dengan Wamen China

Kerja sama diarahkan pada riset, perdagangan komoditas, dan kesejahteraan petani.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan RI), Sudaryono, menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Republik Rakyat China (RRC), Maierdan Mugaiti, di Jakarta.
Foto: Kementan
Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan RI), Sudaryono, menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Republik Rakyat China (RRC), Maierdan Mugaiti, di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan RI), Sudaryono, menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Republik Rakyat China (RRC), Maierdan Mugaiti, di Jakarta. Pertemuan membahas empat pokok utama, yakni perberasan, perdagangan (trade balance dan komoditas), peternakan (livestock), serta kerja sama pertanian secara menyeluruh.

Menurut Wamentan RI, pertemuan berlangsung produktif dan intens. Hasil diskusi akan ditindaklanjuti melalui langkah teknis kedua pihak. Fokus pembahasan diarahkan pada riset bersama, peningkatan produktivitas, serta pembukaan akses pasar langsung untuk sejumlah komoditas.

Baca Juga

“Ada empat poin, yang pertama adalah poin terkait perberasan,” kata Sudaryono dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementan, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2025).

China, jelas dia, menaruh perhatian pada capaian swasembada beras Indonesia. Lalu ada peluang pertukaran teknologi. Kedua negara membahas riset benih, industrialisasi, hingga pengembangan varietas padi untuk lahan rawa dan lahan payau pesisir. Kolaborasi diharapkan meningkatkan hasil panen per hektare sekaligus memperkuat kesejahteraan petani.

Sudaryono melanjutkan, poin kedua menyoroti trade balance Indonesia–China. Nilai perdagangan kedua negara mencapai 7,7 miliar dolar AS dengan surplus 1,7 miliar dolar AS untuk Indonesia. Komoditas utama ekspor meliputi CPO (minyak kelapa sawit), karet alam (natural rubber), serta sarang burung walet.

China menunjukkan kebutuhan besar terhadap CPO dan karet, sementara Indonesia mendorong pembukaan akses pasar langsung bagi durian dan produk perunggasan (poultry). Dengan mekanisme ini, manfaat ekonomi diharapkan lebih luas dirasakan petani dalam negeri.

“Sekitar 80 persen sarang burung walet yang beredar di dunia berasal dari Indonesia,” kata Sudaryono.

Sarang burung walet menjadi perhatian khusus karena konsumsi terbesar ada di China. Peningkatan ekspor langsung komoditas ini dinilai memberi peluang bagi smallholder di desa-desa, sehingga dampak kesejahteraan bisa lebih merata.

Poin ketiga membahas sektor livestock. Menurut Sudaryono, Indonesia telah mencapai swasembada unggas, bahkan mengalami kelebihan produksi. Dengan populasi China lebih dari 1,3 miliar jiwa, RI menilai pembukaan akses ekspor ayam dan produk unggas secara langsung dapat menjadi solusi menyerap surplus sekaligus memberi insentif bagi peternak lokal.

Poin keempat adalah kerja sama perdagangan dan pertanian secara luas. Indonesia memandang China sebagai mitra strategis untuk belajar cara mengelola populasi besar, mengurangi kemiskinan desa, dan meningkatkan produktivitas pertanian. Kolaborasi diarahkan pada transfer teknologi, penguatan industri pengolahan, dan konektivitas perdagangan.

Tokoh yang akrab disapa Mas Dar ini menegaskan RI akan terus terbuka bekerja sama dengan negara mana pun, termasuk China, selama sejalan dengan kepentingan nasional. Target utama kerja sama pertanian adalah peningkatan produksi, pengurangan impor, peningkatan ekspor, penambahan devisa, dan peningkatan kesejahteraan petani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement