Kamis 25 Sep 2025 13:26 WIB

Analis Prediksi IHSG Stabil Hingga Akhir Tahun

Pelaku pasar saat ini bersikap wait and see terhadap data-data.

Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung stabil hingga akhir 2025. Menurutnya, pelaku pasar saat ini bersikap wait and see terhadap data-data ataupun kebijakan ekonomi, tercermin dari data transaksi investor asing selama September 2025.

"Proyeksinya akan flat atau konsolidasi hingga akhir tahun dengan target 8.100. Karena sudah naik terlalu tinggi, ada potensi kelanjutan aksi profit taking atau konsolidasi harga," ujar Arjun saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Baca Juga

Arjun menjelaskan proyeksi ini juga berkaca dari risiko yang semakin volatile dari sisi geopolitik di tingkat global.

Selain itu, juga persepsi investor terhadap risiko global yang meningkat dan meningkatnya persepsi terhadap risiko domestik Indonesia, yang tercermin dari depresiasi nilai tukar (kurs) rupiah.

IHSG pada perdagangan hari ini melemah, menurutnya, hal itu wajar seiring pelaku pasar melakukan aksi profit taking setelah IHSG sempat menyentuh level tertingginya atau all time high (ATH).

Di sisi, ia mengatakan pelemahan IHSG juga disebabkan oleh sentimen dari domestik yaitu kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelebaran defisit dalam RAPBN 2026.

"Serta penyempitan spread antara BI-Rate dan Fed Funds Rate (FFR) yang membuat aset di Indonesia kurang menarik dimata investor utamanya asing," ujar Arjun.

Selama pekan ini hingga Kamis siang, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp5,52 triliun di semua pasar di pasar saham Indonesia.

Sementara itu, data penutupan perdagangan sesi I pada Kamis, IHSG tercatat melemah 50,78 persen atau 0,62 persen ke posisi 8.075,77.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.703.840 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 34,83 miliar lembar saham senilai Rp14,64 triliun. Sebanyak 229 saham naik, 431 saham menurun, dan 138 tidak bergerak nilainya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement