REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kembali kedatangan 523 ekor sapi perah dari Australia. Pengiriman sapi impor dipelopori oleh PT Asli Juara Indonesia (AJI) bekerja sama dengan North Australian Cattle Company (NACC). Sapi-sapi tersebut tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (19/8/2025), yang disambut oleh Drh Hendra Wibawa selaku Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementerian Pertanian (Kementan).
Hendra menyampaikan apresiasi terhadap pelaku usaha yang berkontribusi mendukung percepatan impor sapi perah. Namun di balik apresiasi itu, bayang-bayang keresahan
semakin nyata. Target pemerintah masih jauh dari kata tercapai. Hingga September 2025, jumlah sapi perah yang berhasil masuk ke Indonesia baru 11.500 ekor. Padahal target tahun ini 150 ribu ekor.
Direktur PT AJI, Wahyu Suryono Pratama, menilai langkah impor sapi perah bukan semata soal bisnis, melainkan keharusan untuk menambah 'mesin' produksi susu nasional. "Kami tidak bisa diam melihat 80 persen kebutuhan susu terus dipenuhi dari impor bubuk. Kalau ini dibiarkan, bangsa ini akan selamanya bergantung pada pasar luar negeri," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).
Saat ini, produksi susu segar dalam negeri baru mampu memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan nasional. Sementara 80 persen sisanya ditopang impor. Ketergantungan yang demikian tinggi membuat Indonesia rapuh terhadap gejolak harga global.
Apalagi sejak hadirnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu Gratis, kebutuhan melonjak drastis. Program ini menargetkan lebih dari 80 juta siswa dari tingkat SD hingga SMA/SMK. Jika setiap anak mendapat 200 ml susu per hari sekolah, kebutuhan susu nasional untuk MBG saja mencapai 16 juta liter per hari atau 3,2 miliar liter per tahun. Bandingkan dengan produksi nasional saat ini yang hanya 1 miliar liter per tahun.