REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menghijau pada Kamis (28/8/2025) dan berhasil menyentuh level 8.000. Pengamat menilai penguatan IHSG merupakan efek dari aksi demonstrasi buruh yang cenderung berjalan kondusif.
“Aksi demo buruh dan mahasiswa yang terjadi hari ini begitu kondusif, tidak anarkis, itu salah satu faktornya,” ungkap Pengamat Ekonomi, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025).
Diketahui, ribuan buruh dari berbagai wilayah di Indonesia turun ke jalan dalam aksi demonstrasi pada Kamis (28/8/2025). Aksi serentak tersebut merupakan bagian dari gerakan nasional buruh yang menyoroti sejumlah kebijakan pemerintah terkait isu ketenagakerjaan.
Setidaknya ada enam tuntutan yang disuarakan dalam aksi tersebut. Pertama, hapus outsourcing dan tolak upah murah (hostum). Kedua, stop pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan membentuk satuan tugas PHK. Ketiga, reformasi pajak perburuhan: naikkan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) menjadi Rp 7,5 juta per bulan, hapus pajak pesangon, hapus pajak tunjangan hari raya (THR), hapus pajak jaminan hari tua (JHT), dan hapus diskriminasi pajak terhadap perempuan menikah.
Keempat, sahkan rancangan undang-undang (RUU) ketenagakerjaan tanpa omnibus law. Kelima, sahkan RUU perampasan aset untuk memberantas korupsi. Keenam, revisi RUU Pemilu dengan meredesain sistem Pemilu 2029. Ketua Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menegaskan aksi tersebut digelar secara damai dan kondusif.
“Memang benar hari ini IHSG dan rupiah menguat (imbas faktor tersebut),” terang Ibrahim.
Tercatat, IHSG sesi I ditutup naik 66,95 poin atau 0,84 persen menuju level 8.003,12. Sepanjang sesi perdagangan, IHSG bergerak di rentang 7.941—8.022.
Sentimen Eksternal
Ibrahim melanjutkan, selain faktor internal, ada juga sentimen eksternal yang memengaruhi penguatan IHSG pada hari ini, terutama mengenai ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
“Dari eksternal: Presiden Bank Sentral Federal New York, John Williams, mengatakan pada Rabu bahwa suku bunga kemungkinan akan turun pada suatu saat. Tetapi, para pembuat kebijakan perlu melihat data ekonomi mendatang sebelum memutuskan apakah pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed 16–17 September merupakan keputusan yang tepat,” ujar Ibrahim.