REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendorong percepatan pembangunan infrastruktur bendungan di berbagai wilayah Indonesia guna memperkuat ketahanan air dan ketahanan pangan nasional. Salah satu proyek strategis yang tengah dikerjakan adalah Bendungan Bagong di Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.
"Bendungan Bagong memiliki fungsi utama mengatur aliran Sungai Bagong untuk kemudian disalurkan ke Daerah Irigasi di wilayah Trenggalek," ujar Menteri PU Dody Hanggodo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Dengan kapasitas tampung mencapai 17,40 juta m3, Dody mengatakan, bendungan ini akan menjadi penyangga utama pasokan air irigasi pada Daerah Irigasi Bagong seluas 977 hektare (ha) dan menyuplai air baku sekaligus pengendali banjir di wilayah setempat. Dody mengatakan dengan selesainya pembangunan fisik bendungan, fokus selanjutnya adalah percepatan pengembangan jaringan irigasi teknis. Ini penting untuk mendukung produktivitas pertanian dan meningkatkan jumlah masa panen bagi petani.
"Kita sepakat infrastruktur sumber daya air sangat penting untuk mencapai swasembada pangan. Salah satu contohnya adalah pembangunan bendungan yang kemudian disalurkan melalui sistem irigasi primer, sekunder, hingga tersier langsung ke lahan pertanian," ucap Dody.
Dody berharap kehadiran Bendungan Bagong mampu mengalirkan air ke jaringan irigasi secara kontinu, sehingga dapat menjaga ketersediaan air sepanjang tahun. Dengan suplai air yang stabil, bendungan ini akan secara signifikan mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan, terutama di musim kemarau panjang.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Muhammad Noor mengatakan bendungan multifungsi ini juga berpotensi untuk menyuplai air baku sebesar 153 liter/detik untuk masyarakat di Kecamatan
Trenggalek, Pogalan, dan Bendungan. Fungsi lainnya adalah mengurangi debit banjir Sungai Bagong sebesar 78,44 persen atau setara 85,6 hektare di Kecamatan Pogalan, Gandusari, Bendungan, dan Trenggalek.
"Ketika nanti bendungan mulai mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah di Trenggalek, harapannya sederhana, padi tetap hijau meski hujan jarang turun, lumbung-lumbung desa penuh, dan kesejahteraan petani meningkat," ujar Noor.
Noor menyampaikan Bendungan Bagong dibangun dengan tipe urugan zonal inti tegak setinggi 82 meter dan panjang 678 meter. Dengan luas genangan 73,45 hektare, bendungan ini juga diharapkan memberi manfaat tambahan sebagai lokasi pariwisata dan mendukung konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagong.
"Bendungan ini memanfaatkan sumber air dari Sungai Bagong dengan luas Daerah Aliran Sungai 39,95 km²," ucap Noor.
Noor menyampaikan Bendungan Bagong berada di Desa Sengong dan Sumurup atau sekitar 10 km dari pusat kota Kabupaten Trenggalek. Pembangunan bendungan secara kontrak mulai dikerjakan pada Desember 2018 melalui tiga paket pekerjaan.
Noor menjelaskan Paket I mencakup pembangunan bendungan utama dengan progres 80,87 persen. Paket II dan III mencakup pembangunan bangunan pelimpah, bangunan pengelak, fasilitas operasi, dan infrastruktur pendukung dengan progres Paket II selesai 100 persen dan Paket III mencapai 39,39 persen.
“Secara keseluruhan progres pembangunan Bendungan Bagong hingga pekan terakhir Agustus 2025 telah mencapai 77,29 persen dan ditargetkan rampung pada 2028," kata Noor.