Rabu 11 Jun 2025 16:35 WIB

Menilik Perbedaan Garis Kemiskinan Versi Bank Dunia dan BPS

BPS dan Bank Dunia melihat garis kemiskinan dari standar yang berbeda.

Warga beraktivitas di rumah yang lokasinya berdekatan dengan rel KRL di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (15/2/2024). Warga yang mayoritas pendatang dari luar Jakarta itu tinggal dan membangun pemukiman kumuh semi permanen di bantaran rel kereta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga beraktivitas di rumah yang lokasinya berdekatan dengan rel KRL di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (15/2/2024). Warga yang mayoritas pendatang dari luar Jakarta itu tinggal dan membangun pemukiman kumuh semi permanen di bantaran rel kereta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia atau World Bank merevisi garis kemiskinan dan ketimpangan global, berdasarkan Purchasing Power Parities (PPP) 2021, menggantikan PPP tahun 2017. Dengan adanya perubahan tersebut, Bank Dunia mencatat terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin di berbagai negara atau wilayah.

Angka kemiskinan masyarakat Indonesia pun naik, seiring dengan Indonesia yang dikategorikan sebagai negara berpendapatan menegah atas oleh Bank Dunia sejak dua tahun yang lalu. Berdasarkan data Poverty and Inequality Platform Bank Dunia, jika menggunakan perhitungan PPP 2021 dengan standar garis kemiskinan negara berpendapatan menengah ke atas yakni 8,30 dolar AS, persentase penduduk miskin di Indonesia meningkat mencapai 68,25 persen dari total populasi sebanyak 285,1 juta jiwa. Sehingga total kemiskinan menjadi sekitar 194,6 juta jiwa. 

Baca Juga

Di sisi lain, data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta jiwa. Perbedaan angka ini memang terlihat cukup besar, namun penting untuk dipahami secara bijak bahwa keduanya tidak saling bertentangan.

BPS menyebut perbedaan muncul disebabkan adanya perbedaan standar garis kemiskinan yang digunakan dan untuk tujuan yang berbeda. Bank Dunia memiliki tiga pendekatan atau standar garis kemiskinan untuk memantau pengentasan kemiskinan secara global dan membandingkan tingkat kemiskinan antarnegara, yaitu: international poverty line untuk menghitung tingkat kemiskinan ekstrem (2,15 dolar AS per kapita per hari), 3,65 dolar AS per kapita per hari untuk negara-negara berpendapatan menengah bawah (lower-middle income), dan 6,85 dolar AS per kapita per hari untuk negara-negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income).

Ketiga garis kemiskinan tersebut dinyatakan dalam PPP dolar AS atau purchasing power parity, yaitu metode konversi yang menyesuaikan daya beli antarnegara. Nilai dollar yang digunakan bukanlah kurs nilai tukar yang berlaku saat ini melainkan paritas daya beli. 1 dolar AS PPP tahun 2024 setara dengan Rp 5.993,03.

"Perlu kehati-hatian dalam membaca angka garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah angka rata-rata yang tidak memperhitungkan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, atau jenis pekerjaan," tulis BPS dalam keterangan pada Mei 2025, dikutip pada Rabu (11/6/2025). 

BPS mengukur kemiskinan di Indonesia dengan pendekatan kebutuhan dasar atau Cost of Basic Needs (CBN). Jumlah rupiah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar ini dinyatakan dalam Garis Kemiskinan.

Garis kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan. Komponen makanan didasarkan pada standar konsumsi minimal 2.100 kilokalori per orang per hari, disusun dari komoditas umum seperti beras, telur, tahu, tempe, minyak goreng, dan sayur, sesuai pola konsumsi rumah tangga Indonesia. Komponen nonmakanan mencakup kebutuhan minimum untuk tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, pakaian, dan transportasi.

Garis kemiskinan dihitung berdasarkan hasil pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang memotret atau mengumpulkan data tentang pengeluaran serta pola konsumsi masyarakat. Susenas dilaksanakan 2 kali dalam setahun.

Oleh karenanya, garis kemiskinan yang dihitung oleh BPS dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Indonesia. Penghitungan serta rilis angka garis kemiskinan BPS dilakukan secara rinci berdasarkan wilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, dengan membedakan antara perkotaan dan perdesaan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement