REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Helmy Yusman Santoso menyampaikan bahwa aksi merger (penggabungan) perusahaan telekomunikasi akan berdampak positif bagi industri telekomunikasi di Indonesia.
“Kita melihatnya jangka panjang, dampaknya bagus sebenarnya,” ujar Helmy saat doorstop seusai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa.
Helmy menjelaskan perusahaan yang melakukan merger dalam jangka pendek akan melakukan network adjustment (penyesuaian jaringan), seiring dengan setiap perusahaan yang memiliki frekuensi, spektrum dan kapasitas yang berbeda.
Menurutnya, perusahaan yang baru melakukan merger membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk melakukan efisiensi terhadap network mereka, baru setelahnya mereka akan melakukan order menara lebih banyak lagi.
“Begitu mereka sehat dan keuangannya bagus, mereka kan pengen menambah jumlah subscriber mereka dan menambah revenue serta profit, dan itu hanya bisa dilakukan kalau mereka menambah network,” ujar Helmy.
Seiring penambahan network, lanjutnya, perusahaan infrastruktur menara seperti TBIG dan lainnya akan mendapatkan efek domino berupa pertumbuhan.
“Mereka melakukan merger karena di dalam bisnis ini size does matter. Semakin mereka efisien, semakin mereka punya subscriber banyak, mereka bisa beroperasi lebih baik, lebih efisien, sehingga mereka menghasilkan profit yang lebih baik,” ujar Helmy.
Ia mencontohkan, Ooredoo Hutchison Asia Pte. Ltd yang melakukan merger dengan PT Indosat Tbk (ISAT) pada tahun 2022, yang pada akhirnya memberikan profit ke Indosat pada tahun 2023 dan 2024.
“Tren dari Indosat sama Hutchinson, bisa lihat tahun 2022 dan 2023 profit mereka di level Rp 1 triliun, kemarin di tahun 2024 di level Rp 4,9 triliun atau naik empat kali lipat,” ujar Helmy.