Kamis 24 Apr 2025 14:40 WIB

Enam Faktor Fundamental dalam Optimasi Konten Berita agar ‘Laku’ di Mesin Pencarian 

Penggunaan platform berbasis teknologi sangat signifikan berpengaruh terhadap konten.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Kick-off Journalism Fellowship on CSR 2025 dibuka oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu (tengah) di Tower Bersama Group, Tangerang, Banten, Jumat (11/4/2025).
Foto: Eva Rianti
Kick-off Journalism Fellowship on CSR 2025 dibuka oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu (tengah) di Tower Bersama Group, Tangerang, Banten, Jumat (11/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co-founder dan CEO PT Promedia Punggawa Satu (ProPS) yang juga Wakil Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bidang Pengembangan Bisnis dan Digital Media, Ilona Juwita membagikan tips cara optimasi konten berita media agar bisa unggul di mesin pencarian, di tengah ‘serangan’ Artificial Intelligence (AI). Menurutnya, para awak media online perlu memahami mengena sejumlah faktor fundamental yang memengaruhi konten berita online agar bisa menjadi top di Google. 

“Sekarang penggunaan platform berbasis teknologi sangat signifikan berpengaruh terhadap konten, terutama bagi user yang melakukan search,” kata Ilona saat menyampaikan materi bertajuk ‘Optimasi Konten dan Website Media Berita’ dalam acara Journalism Fellowship on CSR (JFC) 2025 yang digelar oleh Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan Tower Bersama Group (TBG) secara daring, Selasa (22/4/2025). 

Baca Juga

Ilona menjelaskan perlunya memahami faktor-faktor fundamental yang diperlukan bagi konten kreator untuk merumuskan konten yang lebih ramah terhadap pencarian digital. Sekaligus juga menyiasati konten-konten tersebut supaya lebih ramah pula dengan AI. 

“AI kan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Kita tidak mungkin mengubah perilaku orang atau user melakukan pencarian. Ketika hasil yang mereka terima lebih difasilitasi oleh AI, maka konten-konten kita harus hadir dan ramah terhadap teknologi tersebut. Kita perlu pelajari hal-hal fundamental, baru mencari tahu lagi bagaimana bisa beradaptasi,” jelasnya. 

Ilona merumuskan ada enam aspek fundamental dalam melakukan optimasi konten online dan memastikan visibilitas, terutama dalam ekosistem Google. “Pertama, Google News. Bagaimana kita bisa menyiasati untuk masuk ranking factor yang diminta, optimasi gambar dan video, serta bagaimana menempatkan judul dan struktur artikel,” ujar Ilona. 

Ada berbagai fitur di Google News. Yakni mulai dari google news tab, top stories, google discover, top news, google news app, hingga personalized news. 

Adapun agar konten bisa tampil di semua fitur tersebut dan bisa mendapatkan ranking di google, ada enam hal yang menjadi faktor. Yaitu ketepatan waktu, relevansi konten, prominence, authoritativeness, dan freshness, serta location. 

Kedua adalah Google Experience, Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthniness (EEAT). EEAT berbicara tentang bagaimana Google menilai konten dari empat faktor yang menjadi akronim EEAT. 

Yakni mengenai konten kreator yang memiliki first life experience pada topik-topik yang disasar, dan tentang level of expertise yang meliputi kemampuan dan pengetahuan konten kreator. Misalnya, konten kreator ekspert di ilmu kesehatan, google lantas melakukan perankingan karena yang bersangkutan dikenal sebagai konten kreator yang berjikaku di ilmu kesehatan. 

Lalu juga mengenai seberapa reliabel (Authoritativeness) si konten kreator. Serta mengenai kepercayaan (Trustworthniness), mengenai sejauh mana konten tersebut akurat. “EEAT mengacu pada reputasi konten kreator atau website yang menaungi konten tersebut,” kata dia. 

Ketiga, internal link. Yakni tentang bagaimana konten harus distrukturkan, baik di on page maupun di off page. Ilona menerangkan bahwa penting untuk menggunakan tautan-tautan yang bisa menghubungkan satu halaman di website ke halaman lain dalam domain situs yang sama. 

Menurut penjelasannya, ada beberapa fitur internal link yang bisa dimanfaatkan. Pertama, tag link atau personalized topic link. Setelah membuat konten, konten-konten kemudian dikumpulkan dalam satu paging tertentu atau kata kunci, baik kata kunci topik orang atau subjek, tag-tag tersebut bisa mendorong user mengunjungi konten berdasarkan kumpulan tagging. Di setiap konten, bisa dikumpulkan 3-4 tag yang relevan. 

Kedua, tag link article. Ini biasanya ditempelkan, lalu akan lari ke indeks khusus terhadap tagging. Ketiga, special section tag. Biasanya tag-tag dikumpulkan di bawah artikel dengan signifikansi yang khusus. 

Keempat, baca juga link. Kerap kali baca juga link ada di tengah artikel untuk memberikan referensi lain bagi pembaca. Dan kelima yakni link terkait after article section. Yakni berupa rekomendasi artikel terkait untuk pembaca dengan 75 persennya terkait personalized artikel. Ada beberapa algoritma yang digunakan untuk merumuskan rekomendasi tersebut. 

“Saya sarankan mulailah kita melek terhadap teknologi yang memungkinkan kita untuk menghadirkan kunjungan yang lebih personal terhadap pembaca,” ujar Ilona. 

Keempat, evergreen content. Ilona mengatakan, konten evergreen diperlukan karena bisa memastikan optimasi pencarian terhadap konten-konten yang selalu relevan dan segar untuk jangka waktu lama. Metode tersebut biasanya dipakai untuk memastikan pondasi traffic agar tetap sustain atau kokoh. 

Ada sejumlah metodologi yang digunakan oleh konten kreator dalam merumuskan evergreen content. Yakni bisa mengacu pada sumber daya, artikel informasional, tutorial, listicle (tips), artikel motivasi, hingga konten budaya.  

Kelima, kemitraan. Setelah membangun konten dengan mengacu pada struktur yang tepat dan juga melakukan optimasi terhadap konten, perlu juga membangun kemitraan. 

Ada tiga cara pada implementasi kemitraan. Pertama, trusted backlink, yakni dapat rujukan-rujukan dari media-media ternama di Indonesia serta menjadi rujukan atau referensi dari beberapa media lokal. Kedua, social media partners, yakni memiliki beberapa jaringan media sosial dan memiliki fanspage atau akun official. Ketiga yakni siber media community atau bekerja sama dengan komunitas tertentu. Sehingga bisa berkontribusi antar sesama anggota media. 

“Keenam, core web vital. Tidak bisa dipungkiri ketika merumuskan sebuah konten yang menaungi harus proper, website kita harus proper,” jelasnya. 

Sebab, kata Ilona, Google juga melakukan perankingan tidak hanya dari konten yang dirumuskan, tetapi juga dimana konten tersebut hadir. Jadi, website diukur Google dengan matrik yang bernama core web vital. 

Ada tiga matriks utama, yakni content layout shift (CLS), first input delay (FID), dan largest contentful paint (LCP). Masing-masing matriks mengindikasikan hal yang berbeda. Pada CLS, ketika website dibuka tidak boleh ada elemen bergeser misalnya slider atau iklan yang tiba-tiba muncul. 

Kemudian FID memiliki tujuan untuk menilai seberapa cepat website menerima respons dari user. Sedangkan LCP mengenai seberapa cepat rendering dari website supaya menghadirkan konten secara menyeluruh terhadap user yang datang ke website. 

“Jadi, paling tidak sebagai konten kreator kita harus tetap tahu faktor-faktor fundamental yang kita perlukan ketika mau melakukan pembuatan konten sebelum kemudian kita beradaptasi terhadap mesin pencari yang sekarang semua didorong oleh tenaga AI,” kata Ilona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement